Kamis, 12 November 2009

SKENARIO
SEBAGAI SARANA
PENGELOLAAN HUTAN
SECARA ADAPTIF
Eva Wollenberg bersama
David Edmunds
dan Louise Buck
Mengantisipasi Perubahan:
suatu panduan
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Carol Colfer,
Bob Fisher, Bruce Campbell, Gideon Suharyanto, Siska Saskia,
Michael Hailu, Michael Spilsbury, S.N. Kartikasari, Bernadette
Hince, Trudy Brekelbaum, Dina Hubudin, Ambar Liano dan
Diana Parsell untuk segala komentar dan kritiknya dalam
menyusun panduan ini
SKENARIO
SEBAGAI SARANA
PENGELOLAAN HUTAN
SECARA ADAPTIF
Eva Wollenberg with
David Edmunds
and Louise Buck
Mengantisipasi Perubahan:
Eva Wollenberg bersama
David Edmunds
dan Louise Buck
suatu panduan
© 2001 oleh Center for International Forestry Research
Hak cipta dilindungi Undang-undang. Diterbitkan tahun 2001
Dicetak oleh SMK Grafika Desa Putera, Indonesia
Alih bahasa: S.N. Kartikasari
ISBN 979-8764-71-4
Diterbitkan oleh
Center for International Forestry Research (CIFOR)
Alamat surat: P.O. Box 6596 JKPWB, Jakarta 10065, Indonesia
Alamat kantor: Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang,
Bogor Barat 16680, Indonesia
Tel.: +62 (251) 622622; Fax: +62 (251) 622100
E-mail: cifor@cgiar.org
Web site: http://www.cifor.cgiar.org
1
PENDAHULUAN DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
• Apa skenario itu? 2
• Mengapa menggunakan
skenario? 4
• Bagaimana skenario
digunakan dalam
pengelolaan secara adaptif 5
BERSIAP--SIAP 8
• Menentukan tujuan 9
• Memilih pendekatan
skenario 9
• Memilih peserta, pendamping,
cara berkomunikasi
dan tempat 11
METODE--METODE SKENARIO 18
• Skenario visi 19
• Skenario proyeksi 24
• Skenario jalur 27
• Skenario alternatif 29
RINGKASAN 32
CATATAN KAKI 34
RUJUKAN 35
BAHAN BACAAN TAMBAHAN 37
Buku panduan ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat
mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan dan ketidakpastian
dengan menggunakan skenario masa depan. Skenario bisa menjadi alat bantu
untuk merencanakan masa depan secara kreatif. Kami akan menjelaskan
prinsip-prinsip pendekatan yang didasarkan pada skenario dan beberapa
metode yang dapat membantu dalam menggali imajinasi/kreativitas
masyarakat dalam mengantisipasi masa depan.
Walaupun skenario masa depan dapat digunakan dalam beragam situasi,
pembahasan dalam buku ini khusus berkaitan dengan pengelolaan hutan berbasis
masyarakat di daerah tropis, yang memerlukan perencanaan jangka panjang
(puluhan tahun), dengan tingkat kompleksitas dan ketidakpastian tinggi dan
masyarakat harus bekerjasama untuk mencapai tujuannya. Namun, sebagian
besar isi panduan ini tetap relevan untuk pengelolaan sumber daya alam lainnya
atau pembangunan pedesaan yang mengharuskan adanya kerjasama antara
berbagai kelompok kepentingan. Skenario secara umum bermanfaat untuk
mengungkap dan menyampaikan keinginan, rencana dan pandangan seseorang
terhadap perubahan maupun membantu orang untuk memutuskan bagaimana
menyesuaikan diri terhadap perubahan dan mencapai visi mereka tentang masa
depan. Skenario adalah bagian penting dalam pengelolaan secara adaptif karena
membantu orang untuk mengambil keputusan sekarang tentang perubahan yang
mungkin akan terjadi di masa depan.
Untuk mereka yang ingin menggunakan skenario di tingkat desa, hingga
sekarang jumlah metode yang tersedia masih terbatas. Di satu ekstrim ada metodemetode
formal yang mengandalkan diri pada model kuantitatif dan komputer,
dan mungkin tidak terjangkau atau tidak sesuai untuk masyarakat desa.
2
Sedangkan pada ekstrim lain ada metode skenario
sederhana yang cenderung terbatas hanya untuk
mengembangkan visi saja, tanpa menggali penyebabpenyebab
yang kompleks dan hubungan-hubungan dalam
kecenderungan.
Dengan menggabungkan berbagai metode dalam
buku panduan ini kami bermaksud untuk menyediakan
pilihan yang lebih luas dalam menggunakan pendekatan
skenario, khususnya dengan cara yang cocok untuk
masyarakat pedesaan. Selain itu kita juga bisa langsung
melihat kesamaan antara metode tersebut dan kita dapat
mengerti prinsip-prinsip dari metode skenario yang
mendasarinya. Kami mengajak para pembaca untuk
menggunakan prinsip-prinsip ini untuk mengembangkan
metode yang paling sesuai dengan situasinya.
Buku ini diawali dengan memperkenalkan konsep
skenario dan mengapa pendekatan skenario ini akan
sangat berguna. Kemudian kami menguraikan
bagaimana skenario dapat mendukung proses belajar
dan pengelolaan secara adaptif. Pada bagian akhir kami
menguraikan empat tipe dasar skenario, penjelasan
langkah umum untuk setiap tipe. Kami memberikan
penekanan terhadap proses dan pilihan yang mendorong
tingkat belajar di antara kelompok kepentingan yang
berbeda-beda. Daftar rujukan disediakan untuk
pembaca yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang
topik tertentu.
Kalau kita menggunakan kreativitas dengan baik,
maka ini dapat membantu menyingkirkan pola pikir yang
tidak berguna lagi sehingga kita dapat menyesuaikan diri
secara lebih baik untuk masa depan. Skenario sangat
berguna terutama untuk situasi dimana kompleksitas
dan ketidakpastian tinggi. Seandainya pengelolaan
hutan tropis lebih sederhana dan dapat diprediksi maka
kita dapat menggunakan proyeksi, yang didasarkan pada
kecenderungan yang ada pada saat ini. Sayangnya,
kompleksitas dan ketidakpastian merupakan ciri
kebanyakan situasi, sehingga proses-proses kreatif untuk
mengantisipasi perubahan seperti skenario menjadi
sangat berguna.
Skenario bisa dikembangkan dalam bentuk gambar,
foto, cerita tertulis, sandiwara, puisi, video, tarian, rumus
matematika, tumpukan biji kacang, sistem informasi
geografis (SIG), peta, maket di pasir, grafik, atau
gabungan dari beberapa bentuk tersebut atau media yang
lain. Kemampuan dan pilihan pengguna serta ketersediaan
sumber daya akan menentukan bentuk skenario. Satusatunya
faktor pembatas adalah daya imajinasi orang yang
menggunakan pendekatan skenario dan minat orang untuk
terlibat dalam menciptakan skenario.
APA SKENARIO ITU?
Skenario adalah cerita tentang apa yang mungkin
terjadi. Berbeda dengan proyeksi, skenario tidak perlu
menggambarkan masa depan seperti apa yang kita
harapkan. Sebaliknya skenario berusaha untuk
merangsang pemikiran kreatif yang membantu orang
melepaskan diri dari pola pandang yang sudah mapan
terhadap berbagai situasi dan merencanakan tindakannya.
3
Drama bisa menjadi sarana
langsung untuk belajar karena
orang mendapat kesempatan
untuk memainkan peran dan
mencoba semua pilihan
baru. Drama juga dapat
menjadi daya tarik dalam
pertemuan warga masyarakat.
Peta sketsa yang menggambarkan
pilihan pemanfaatan
lahan mudah dilihat sehingga
masyarakat dapat menggunakannya
dalam berdiskusi.
4
MENGAPA MENGGUNAKAN SKENARIO?
Tujuan menggunakan skenario adalah untuk membantu
orang mengubah pola pikir mereka yang sudah mapan
tentang bagaimana segala sesuatu berlangsung sehingga
mereka lebih siap menghadapi ketidakpastian di masa
depan dan mempertimbangkan akibat dari tindakan
mereka untuk jangka pendek dan jangka panjang. Ketika
perubahan terjadi sangat cepat atau pada saat keadaan
kompleks, pola pikir yang sudah mapan sering didasarkan
pada alasan yang sudah tidak berlaku lagi atau atas dasar
pengamatan terbatas yang menghambat kita untuk
melihat hubungan-hubungan baru.
Hambatan psikologis juga mempengaruhi
kemampuan kita untuk berpikir secara rasional dan
mengantisipasi masa depan. Kita cenderung meremehkan
hal-hal yang sulit diingat atau dibayangkan, dan lebih
suka mengingat dan memperhatikan kejadian-kejadian
yang baru dialami, meremehkan ketidakpastian,
menyangkal bukti yang tidak mendukung pandangan
kita, melebih-lebihkan kemampuan kita untuk
mempengaruhi hal-hal yang di luar kontrol kita, terlalu
yakin dengan penilaian kita sendiri dan melebih-lebihkan
kemungkinan terjadinya hal-hal yang diinginkan.
Skenario memperkenalkan kemungkinan hipotesis yang
memacu imajinasi kita untuk mengatasi kecenderungan
ini dan membantu kita untuk berpikir lebih bebas tentang
sesuatu.
Cara berpikir baru ini mengandalkan kekuatan
penjelasan dengan menunjukkan interaksi-interaksi
yang baru. Berbagai perubahan di tingkat makro dan
pengaruh lingkungan bisa diberi perhatian khusus dalam
pengembangan skenario sebagai sumber risiko dan
pemicu perubahan. Dalam sistem kehutanan masyarakat
pengaruh ini dapat berupa kebijakan baru pemerintah
tentang penebangan kayu oleh masyarakat, gerakan sosial
internasional untuk mendukung pengakuan tuntutan
masyarakat tradisional terhadap kepemilikan wilayah
adatnya atau pergeseran kontrol terhadap pasar hasil
hutan nonkayu tertentu. Skenario mendorong kita untuk
memahami tentang dunia luar dan interaksinya dengan dunia.
Informasi ini sangat penting bagi para pengambil
keputusan di tingkat masyarakat agar pekerjaan mereka dalam
sistem sosial dan lingkungan yang lebih luas, dengan berbagai
pihak berkepentingan (stakeholder) menjadi efektif. Apabila
skenario digunakan untuk mengembangkan suatu sistem yang
di dalamnya terdapat lebih dari satu kemungkinan masa depan
yang berbeda, maka akan terbuka kemungkinan untuk berpikir
lebih kreatif dan memperoleh pemahaman yang lebih kritis
dengan membandingkan berbagai alternatif.
Skenario juga dapat merangsang interaksi antara
kelompok yang berbeda, seperti antara desa-desa bertetangga
yang menggunakan hutan secara bersama, antara pejabat
pemerintah dari instansi yang berbeda atau antara masyarakat
dengan instansi kehutanan. Skenario memungkinkan
kelompok-kelompok ini terlibat dalam proses belajar bersama
secara kreatif.
Kapan penggunaan skenario cocok dalam
pengembangan hutan masyarakat? Jawabannya adalah kapan
saja ketika ada kebutuhan untuk menjajaki berbagai
kemungkinan. Seorang pendamping masyarakat desa bisa
menggunakannya untuk memberdayakan para pengguna hutan
untuk memikirkan tentang bagaimana keadaan hutan mereka
kalau harapan-harapan yang berbeda menjadi kenyataan.
Pembuat kebijakan dapat menggunakan skenario untuk
mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi
sebagai akibat kebijakan yang berbeda-beda. Lembaga desa
bisa memakai skenario untuk menggali berbagai tuntutan yang
diharapkan dari hutan desa dan memutuskan bagian mana dari
hutan yang sebaiknya dilindungi. Perusahaan kayu dan
masyarakat dapat menggunakan skenario secara bersama
untuk membahas implikasi cara pengaturan yang berbeda
dalam pembagian hasil hutan. Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) bisa memanfaatkan
skenario untuk menilai dampak jalur transportasi yang baru
terhadap tanah adat. Skenario dapat berguna kapan pun ada
kebutuhan untuk merangsang pola berpikir yang baru tentang
masa depan yang tidak pasti dan rumit.
5
BAGAIMANA SKENARIO DIGUNAKAN
DALAM PENGELOLAAN SECARA ADAPTIF?
Kami memberi definisi pengelolaan secara adaptif
sebagai suatu proses yang digunakan untuk
menyesuaikan strategi pengelolaan supaya mereka dapat
mengatasi perubahan dengan lebih baik.2 Mencermati
perubahan dalam interaksi antara manusia dengan hutan
adalah titik awal dari pengelolaan secara adaptif.
Informasi baru atau cara baru untuk mengkaji informasi
merangsang proses belajar berulang-ulang sehingga kita
dapat menilai strategi-strategi pengelolaan. Masyarakat
setempat dan dimana mungkin, juga para pihak
kepentingan lain yang bertanggung jawab atas
pengambilan keputusan tentang hutan bekerjasama untuk
melakukan penilaian tersebut. Sesuai dengan
ketersediaan sumber daya, insentif dan kemampuan
kelembagaan, penilaian bersama ini dapat mengarah
kepada penyesuaian dalam pengelolaan.
Dalam rangka meningkatkan pengelolaan secara
adaptif, kami memusatkan perhatian pada peningkatan
proses belajar (lihat Boks 1). Pemahaman tentang
berbagai tipe belajar yang berbeda membantu
mengidentifikasi hal-hal apa yang perlu ditingkatkan dan
bagaimana mencapainya.
• Belajar dari pengalaman berfokus pada pemantauan
terhadap tindakan di masa lalu. Dalam proses belajar
ini berbagai intervensi pengelolaan secara adaptif
dirancang sebagai percobaan atau eksperimen.
Pelajaran dari pengalaman ini kemudian digunakan
untuk menyesuaikan tindakan pengelolaan berikutnya.
• Belajar ”memandang ke depan” atau belajar
mengantisipasi berfokus pada pengumpulan
informasi tentang apa yang mungkin akan terjadi
berdasarkan pemahaman terhadap faktor-faktor
pemicu perubahan, kemungkinan terjadinya peristiwa
di masa depan dan kepentingan dari berbagai pelaku.
Daya adaptasi akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kesiapan.
Teknik-teknik yang menggunakan skenario adalah
alat untuk lebih meningkatkan proses belajar
mengantisipasi daripada belajar dari pengalaman. Teknikteknik
ini membantu pengelola hutan untuk mengambil
keputusan berdasarkan berbagai kemungkinan yang
diantisipasi. Sifat interaksi jangka panjang dan dinamika
antara penghidupan masyarakat setempat, kepentingan
kesinambungan dan keadaan biofisik hutan masyarakat
lebih sulit tertangkap oleh proses belajar dari pengalaman
yang jauh lebih sederhana. Metode antisipatif yang lebih
terbuka dan lebih tepat untuk mengatasi kompleksitas
dan risiko.
Skenario dapat digunakan secara tidak langsung
untuk meningkatkan proses belajar dari pengalaman,
misalnya dalam pemantauan. Para pihak kepentingan bisa
menggunakan skenario untuk menggali apa yang mereka
anggap penting untuk dipantau di masa depan dan
mengembangkan kesepakatan di antara mereka.
Nilai skenario datang dari belajar untuk berpikir
dengan cara baru tentang masa depan dan dalam
mengambil keputusan sesuai dengan keadaan yang tidak
menentu. Melalui proses ini orang bisa meningkatkan
kesiapannya menghadapi masa depan dan
kemampuannya untuk menyesuaikan diri.
6
Proses belajar dari pengalaman dan mengantisipasi bisa
ditingkatkan dengan memahami kelebihan dan
kekurangan dari cara belajar mandiri dan belajar
bersama. Agar proses belajar ini berlangsung maka
informasi baru harus dicerna menjadi pengetahuan baru,
artinya informasi ini harus dipadukan dalam pikiran si
pengguna. Dalam proses belajar bersama informasi baru
diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, yang kami
sebut “social learning” atau belajar bersama.3 Proses
ini bisa terjadi dengan melakukan percakapan/dialog
antara para pihak bersangkutan, mengadakan
pengkajian bersama, saling menukar pengalaman
melalui kunjungan silang, atau saling menukar informasi.
Biasanya proses ini lebih disukai daripada belajar sendiri
karena pengetahuan yang diperoleh lebih luas dan
melalui cara ini suatu kerjasama dapat dikembangkan.
Namun di sisi lain proses belajar bersama juga bisa lebih
mahal karena membutuhkan biaya transaksi yang lebih
besar untuk mempertemukan orang dan ide-ide mereka.
Proses belajar bersama seyogyanya berlangsung
sesuai dengan peran, identitas, kemampuan dan
kedudukan orang-orang yang ingin belajar bersama. Halhal
yang perlu dipertimbangkan dalam merancang dan
mengevaluasi pendekatan ini antara lain:
• Siapa saja kelompok-kelompok penting yang terlibat?
Bagaimana kepentingan masing-masing kelompok
terwakili?
• Apakah proses belajar bersama menghasilkan
perubahan dalam hal akses dan penguasaan terhadap
informasi di antara pihak-pihak yang terlibat?
• Apakah gaya/pendekatan belajar sesuai dengan
kemampuan belajar dan pilihan setiap kelompok?
• Apakah ada saling ketergantungan baru antara para
pelaku yang terlibat dan apa pengaruhnya terhadap
proses pengambilan keputusan?
• Apakah ada penggunaan pengetahuan yang adil di
dalam suatu kelompok dan apakah ada pertukaran
yang akurat dengan wakil-wakil yang terlibat lebih
langsung dalam proses belajar itu?
MENINGKATKAN PROSES BELAJAR
Skenario dapat digunakan untuk proses belajar
sendiri dan juga belajar bersama, tetapi terutama
berguna dalam proses belajar antara kelompokkelompok
yang berbeda, karena pada dasarnya skenario
adalah alat untuk menyampaikan pendapat dan untuk
berkomunikasi. Penyusunan skenario pada umumnya
cukup rumit, sehingga membutuhkan keterlibatan lebih
dari satu orang atau kelompok agar dapat memanfaatkan
pengetahuan dan ketrampilan yang beragam. Skenario
yang disampaikan secara visual maupun lisan
merupakan metode yang mudah dilihat untuk saling
membagi pengetahuan baru di antara masyarakat. Kita
dapat memaksimumkan dampak proses belajar bersama
dengan mencari wakil-wakil kelompok yang paling tepat,
memahami kemampuan dan pilihan cara belajar masingmasing,
mendorong proses belajar melalui aksi
langsung, dan keterlibatan langsung sejauh mungkin,
dan menentukan pengaturan yang adil di antara pihakpihak
yang terlibat apabila ada perbedaan kemampuan,
pilihan dan hubungan kekuasaan.
Proses belajar terjadi melalui pengalaman
langsung, pengamatan atau pengumpulan informasi
atau melalui komunikasi dengan orang lain.
Pengetahuan juga akan lebih mudah diserap melalui
pengalaman pribadi daripada melalui pertukaran
informasi4 saja atau paling tidak dengan mengaitkan
informasi baru dengan pengalaman yang sudah ada.
Keefektifan proses belajar ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat keterlibatan langsung. Oleh sebab itu skenario
akan lebih berhasil memunculkan pengetahuan baru dan
kesiapan apabila para pihak kepentingan dilibatkan
secara langsung. Belajar dari pengalaman cenderung
lebih berkesan daripada belajar mengantisipasi karena
menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman. Hal ini merupakan pertimbangan penting
dalam menentukan pilihan antara belajar mengantisipasi
dan belajar dari pengalaman.
B o k s 1
7
Proses belajar juga dapat dibedakan antara
proses yang sistematis dan terencana atau berdasarkan
kebutuhan sesaat. Proses belajar yang sistematis dan
terencana mengikuti prosedur yang konsisten dan logis
untuk memperoleh pengetahuan baru, misalnya dengan
memisahkan dampak-dampak dari suatu tindakan
melalui eksperimen atau survei atau melalui
pemantauan berkala. Proses belajar secara sistematis
dapat digunakan, misalnya untuk mengajarkan suatu
ketrampilan baru dengan mulai mempraktikkan
ketrampilan dalam kelompok yang saling membantu dan
sedikit demi sedikit beralih ke praktik sendiri, atau
misalnya memperkenalkan konsep-konsep dari yang
sederhana sampai yang lebih rumit. Proses belajar
berdasarkan kebutuhan sesaat terjadi secara kebetulan,
tetapi justru karena sifatnya demikian, dapat
menghasilkan pemecahan yang lebih kreatif. Betapa
sering kita mengalami kesenangan dari penemuan cara
baru karena kita tidak memiliki bahan-bahan yang kita
perlukan pada saat itu? Untuk meningkatkan proses
belajar kita perlu mencari keseimbangan antara belajar
sistematis dan terencana dan belajar berdasarkan
kebutuhan sesaat, sehingga keunggulan dari kedua
pendekatan ini bisa dimanfaatkan. Skenario disusun
untuk mendukung proses belajar sistematis, namun
apabila kita cukup fleksibel dalam cara mengembangkan
dan menggunakan skenario, kita dapat menggunakannya
juga untuk proses belajar berdasarkan
kebutuhan sesaat.
Kita juga perlu mencari keseimbangan antara
menggunakan pendekatan belajar yang baru dan
mengandalkan pola belajar lama yang mungkin saja
sudah diserasikan dengan praktik pengelolaan yang
ada. Biaya untuk mengadopsi dan menggunakan
mekanisme belajar yang baru dan lebih sistematis –
seperti skenario – mungkin saja bertentangan dengan
pola umum untuk memperoleh pengetahuan baru atau
bahkan dapat mengancam minat yang sudah ada.
Misalnya, orang lebih suka belajar dari seorang
penasihat yang dipercayai, sewaktu-waktu ia
menggunakan jaringan informasinya atau mencoba
suatu ide berdasarkan intuisi daripada berusaha sendiri
memperoleh informasi baru melalui upaya sistematis.
Sebelumnya kita perlu memahami praktik-praktik belajar
yang sudah ada dan mencari peluang bagaimana
memasukkan skenario ke dalam proses belajar
sistematis atau berdasarkan kebutuhan sesaat. Supaya
penggunaan skenario bisa efektif, cara belajar jangan
sampai menjadi hambatan dalam menyerap
pengetahuan yang dihasilkannya.
Akhirnya kita dapat menilai berbagai perubahan
yang terjadi dalam proses belajar. Menilai proses belajar
dari pengalaman memerlukan pengkajian apakah tingkat
kepekaan terhadap perubahan meningkat. Peningkatan
kepekaan terjadi ketika:
• Kesesuaian antara tindakan berikutnya dengan halhal
yang dipelajari meningkat (pelajaran diterapkan).
• Kecepatan pengambilan keputusan tindak lanjut dan
kegiatan tindak lanjut meningkat (berarti tenggang
waktu antara memperoleh informasi dan mengambil
tindakan berkurang).
• Dampak negatif dari tindakan yang tidak
diperhitungkan sebelumnya lebih cepat diakui dan
diusahakan supaya sekecil mungkin.
Kita dapat menilai perubahan yang terjadi pada
proses belajar antisipatif dengan mengkaji kesiapan
yang dihasilkan. Peningkatan kesiapan terjadi ketika:
• Ada peningkatan pengetahuan tentang sebab dan
akibat, kecenderungan dan ketidakpastian.
• Ada usulan pemecahan baru untuk masalah yang
diperkirakan akan terjadi.
• Ada rencana terhadap segala kemungkinan yang
sesuai dengan risiko yang dihadapi dan kemampuan
untuk melaksanakan rencana tersebut.
• Ada sistem penyangga yang secara sengaja
disiapkan untuk mengatasi kegagalan dari bagian
sistem yang rentan.
• Ada fleksibilitas dalam pengalokasian dan
penggunaan sumber daya.
• Ada diversifikasi praktik-praktik pengelolaan
yang mengurangi risiko yang terkait dengan
praktik pengelolaan jika hanya satu praktik
pengelolaan saja yang digunakan.
8
BERSIAP-SIAP
Pertama, kami menjabarkan prinsip-prinsip yang bisa menjadi pedoman
dalam merancang pendekatan berbasis skenario sesuai dengan kebutuhan
anda. Beberapa sumber rujukan memberikan kajian yang sangat baik tentang
pendekatan5 skenario dan informasi tentang bagaimana menyusun suatu
skenario.6 Dari sumber-sumber inilah kami mengidentifikasi unsur-unsur
pendekatan skenario yang berguna dalam pengelolaan hutan berbasis
masyarakat. Kami menitikberatkan teknik-teknik yang berkaitan dengan
pendekatan skenario kualitatif karena terbatasnya sumber informasi
teknis mengenai pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Kami juga
memberikan ringkasan metode-metode Penilaian Cepat Partisipatif
(Participatory Rapid Appraisal - PRA) yang mungkin tepat untuk
keadaan di pedesaan.
Persiapan untuk menggunakan skenario ini termasuk:
• Menentukan tujuan penggunaan skenario, sehingga alasan
menggunakan pendekatan skenario menjadi jelas dalam
memikirkan masa depan.
• Memilih tipe skenario yang paling sesuai dengan tujuan
tersebut.
• Memikirkan cara-cara memilih peserta, pendamping dan
lingkungan sehingga tercipta suasana yang mendukung
proses belajar dan tindak lanjutnya.
Langkah-langkah untuk melakukan persiapan tersebut
diuraikan di bawah ini.
9
kemungkinan dampaknya dan menyusun strategi
kegiatan mereka bersama-sama.
• Merangsang dan memberdayakan anggota
perkumpulan masyarakat yang tinggal di hutan
untuk menyusun rencana kegiatan yang
terorganisasi melalui proses belajar bersama
tentang visi masing-masing bagi hutan mereka
dan menyamakan visi tersebut.
Biasanya beberapa pihak kepentingan sudah
mengidentifikasi konteks tindakan. Pihak kepentingan
lainnya dapat membantu mempertajam konteks
tindakan serta menentukan kebutuhan belajar dari
sudut pandang mereka.
MEMILIH PENDEKATAN SKENARIO
Anda perlu memilih pendekatan skenario yang sesuai
dengan tujuan anda. Ada empat tipe skenario.
• Visi – Suatu visi tentang masa depan yang
diinginkan atau yang ideal.
• Proyeksi – Perkirakan seakurat mungkin tentang
apa yang akan terjadi di masa depan. Sesuai dengan
kecenderungan yang ada sekarang.
• Jalur – Penentuan bagaimana kita bisa beranjak
dari keadaan sekarang ke masa depan dengan membandingkan
keadaan sekarang dengan skenario
masa depan yang diinginkan (visi).
• Alternatif – Perbandingan antara berbagai pilihan
melalui beberapa skenario dari tipe visi, proyeksi
atau jalur.
Untuk membantu anda memilih tipe skenario yang
paling cocok dengan kebutuhan anda, ajukan pertanyaan
berikut kepada diri anda sendiri:
• Apakah ada keperluan untuk mengembangkan
pengetahuan tentang pilihan masyarakat tentang masa
MENENTUKAN TUJUAN
Penggunaan skenario sebagai alat untuk belajar akan lebih
efektif apabila tujuannya jelas. Tujuan ini akan memandu
pemilihan metode. Anda perlu memikirkan dua hal yang
berkaitan dengan tujuan.
• Apa konteks pengambilan tindakan atau keputusan
yang akan didukung oleh penggunaan skenario?
• Pengetahuan tentang masa depan dan proses belajar
mana yang diperlukan untuk mempersiapkan
tindakan atau keputusan ini?
Kedua unsur ini sering saling terkait, misalnya
tujuan penggunaan skenario adalah untuk:
• Memutuskan jenis pohon apa yang akan ditanam
di pinggir sungai yang sedang mengalami erosi.
Skenario akan digunakan untuk mempelajari nilai
pohon ini di masa depan dengan mengkaji
kecenderungan dan risiko pemasaran hasil hutan.
• Membantu masyarakat desa dalam menghadapi
rencana penebangan oleh perusahaan HPH atau
kebijakan pemerintah yang baru. Dengan bersamasama
menciptakan dan mendiskusikan berbagai
skenario, warga desa dapat mempelajari
10
depan, misalnya untuk memberdayakan masyarakat
yang tinggal di hutan untuk membayangkan
bagaimana mereka mencapai sasarannya, atau sebagai
sarana penguatan tim untuk menyusun visi bersama
bagi suatu kelompok pihak kepentingan?
Kalau ya, gunakan metode skenario yang menghasilkan
visi-visi tentang masa depan yang ideal.
Kalau tidak, apakah ada keperluan untuk belajar
tentang kemungkinan hasil dari praktik-praktik yang
digunakan sekarang atau yang diusulkan?
Kalau ya, gunakan metode proyeksi.
Kalau tidak, gunakan metode skenario yang
menghasilkan alternatif-alternatif untuk masa
depan dan membantu mengembangkan pengetahuan
tentang berbagai keadaan yang mungkin akan terjadi
(misalnya mengembangkan rencana darurat, menilai
risiko atau mempertimbangkan untung-rugi setiap
tujuan akhir yang berbeda).
• Apakah dengan memiliki persamaan persepsi tentang
masa depan sudah cukup untuk menghasilkan
tindakan yang diinginkan, misalnya mengembangkan
kesadaran atau berkomunikasi dengan kelompok lain?
Kalau ya, gunakan metode-metode visi, proyeksi
atau alternatif.
Kalau tidak, gunakan metode skenario jalur untuk
mengembangkan pemahaman yang lebih terinci
tentang urutan langkah-langkah suatu proses,
misalnya untuk merencanakan intervensi
pembangunan.
Dengan adanya tujuan yang jelas dan terus
mengingat pendekatan masing-masing skenario
tersebut, anda siap untuk lebih memperhatikan proses
belajar, khususnya tentang siapa yang dilibatkan dalam
proses skenario dan dimana.
11
MEMILIH PESERTA, PENDAMPING, CARA
BERKOMUNIKASI DAN TEMPAT
Kunci untuk meningkatkan proses belajar dengan
pendekatan skenario adalah dengan mencocokkan pilihan
peserta, pendamping, tempat dan cara komunikasi dengan
tujuan skenario. Anda harus mengidentifikasi bentuk
pertemuan, media dan orang yang cocok untuk bagianbagian
yang berbeda selama kegiatan penyusunan skenario.
Prinsip utama dalam memilih hal-hal tersebut adalah
bahwa skenario yang paling berguna adalah yang
mempengaruhi proses belajar para pihak kepentingan
sehingga mereka lebih mampu bertindak dengan cara-cara
baru di masa depan. Skenario harus ”hidup dalam benak,
yaitu kosmos kecil para pengelola dimana segala pilihan
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan”.7 Tantangan
terbesar yang hadapi dalam penggunaan skenario adalah
untuk melibatkan orang-orang yang akan bertindak nantinya.
Ini berarti bahwa anda harus memilih para peserta secara
seksama, dan berupaya untuk menciptakan suatu proses
dimana terjadi proses belajar yang terfokus pada tindakan.
Sambil anda merancang proses ini anda harus tetap peka
dan transparan tentang sejauh mana anda bisa memaksakan
ide anda sendiri untuk mempengaruhi proses belajar untuk
mencapai tujuan kelompok tertentu. Bersiaplah untuk
menginvestasi daya dan upaya yang dibutuhkan.
Melibatkan orang agar bersikap sungguh-sungguh
sehingga proses-proses belajar bersama berjalan efektif
memang memerlukan waktu.
Dalam masyarakat setempat dimana mereka
mengelola hutan, akan muncul beberapa tantangan
terhadap proses belajar ini. Tanyakan pada diri anda sendiri
siapa yang pada akhirnya akan mengambil tindakan dalam
pengelolaan hutan atau akan mempengaruhi tindakan
tersebut. Anda perlu mempertimbangkan peran-peran
berbagai kelompok dalam pengelolaan hutan (pemilik
hutan, pengguna hutan, penerima manfaat, pengatur,
12
sponsor, pesaing, atau tetangga), posisi atau kepentingan
mereka dalam bertindak, dan peran mereka dalam
masyarakat luas.8 Berbagai pendapat dari kelompokkelompok
yang berbeda ini dapat dijadikan landasan yang
sangat mempengaruhi diskusi dan keputusan-keputusan
yang akan terjadi selanjutnya. Karena itu anda perlu
memilih peserta secara hati-hati dan anda perlu menyadari
kepentingan-kepentingan yang mereka wakili.
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini mungkin akan
membantu anda dalam memilih peserta:
• Apakah orang ini mewakili kelompok yang memiliki
kepentingan dalam tindakan atau keputusan yang
diusulkan?
• Apakah orang ini akan berperan dalam menerapkan
pengetahuan yang telah mereka dapatkan dalam
proses ini ke arah tindakan atau keputusan yang
diusulkan?
• Apakah ada mekanisme tanggung jawab untuk
memastikan bahwa orang ini mewakili kelompoknya
secara adil dan transparan?
• Apakah orang ini memiliki ketrampilan komunikasi,
analisis dan hubungan antarpribadi yang memadai
sehingga dapat berpartisipasi secara efektif?
Anda mungkin tidak selalu berwenang untuk
memastikan bahwa syarat-syarat di atas dipenuhi.
Namun jika anda bisa mempengaruhi proses pemilihan
peserta, kemungkinan besar anda akan mendapatkan
proses yang lebih efektif dan lebih adil, dengan
melibatkan berbagai kelompok yang berbeda.
Tidak semua orang perlu terlibat dalam setiap tahap
dalam proses ini. Pihak kepentingan yang berbeda
mungkin akan diperlukan dalam waktu yang berbeda,
misalnya untuk berkonsultasi tentang pengetahuan khusus
yang mereka miliki, menetapkan konteks dalam
pengambilan keputusan atau membantu dalam merancang
proses. Pendamping perlu bersikap sensitif terhadap
hubungan kekuasaan, kecenderungan kesukaan atau
keengganan terhadap budaya tertentu di antara para pihak
kepentingan, sehingga dapat mengelompokkan peserta ke
dalam kelompok-kelompok yang dapat bekerjasama
secara efektif dan lebih nyaman. Kelompok-kelompok
yang tersisih mungkin membutuhkan perhatian khusus.9
Namun ingat bahwa anda akan terus memerlukan
kelompok inti yang anggotanya terlibat dalam proses
secara keseluruhan untuk menyerap berbagai pelajaran
yang didapat. Dari awal anda mungkin perlu menjelaskan
hal ini kepada kelompok-kelompok pihak kepentingan
untuk menghindari kelompok-kelompok ini menggilir
anggotanya yang berbeda-beda untuk berpartisipasi.
Anda perlu mencari mekanisme negosiasi untuk
pemilihan dan pengumpulan pendapat dari berbagai
kelompok yang berbeda, termasuk:
• Di dalam masyarakat, dimana hutan dikelola secara
bersama oleh anggota masyarakat.
• Di antara kelompok-kelompok lain yang bersamasama
mengelola atau menggunakan hutan yang
berada di luar masyarakat.
• Dengan orang-orang yang mengolah atau
bertanggung jawab atas lahan pertanian, saluran air
atau yang melakukan bentuk pemanfaatan lahan
lainnya yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
hutan.
Coba usahakan agar hubungan kekuasaan antara
para pihak kepentingan tidak mengandung bias sehingga
13
satu pihak tidak bicara lebih banyak dalam pelaksanaan
skenario ini. Di banyak hutan yang dikelola oleh
masyarakat, kelompok-kelompok yang tersisih karena
latar belakang etnis, tingkat ekonomi atau jendernya
juga ikut terlibat. Oleh karena itu mungkin tidak efektif
jika bekerja dengan semua pihak kepentingan sekaligus.
Perbedaan dalam berkomunikasi dan terjadinya
pengambilan keputusan yang tidak adil kemungkinan
besar akan meningkat ketika pihak yang sangat kuat
dipertemukan dengan pihak yang lemah. Pendampingan
yang inventif dan sensitif sangat diperlukan sehingga
peserta yang status sosialnya berbeda atau hubungan
kekuasaannya berbeda dapat saling bertukar pikiran
secara efektif.10 Daripada berusaha menciptakan ”arena
kerja yang sama rata” yang tampaknya netral,
mungkin akan lebih realistis untuk mengakui
adanya perbedaan dalam hal kekuasaan dan
budaya, dan mengajak peserta untuk
mengembangkan prinsip-prinsip kerja untuk
mengatasi perbedaan tersebut. Pilihlah
pendamping yang penuh perhatian untuk
memberdayakan pihak-pihak yang lebih
lemah tetapi juga dapat memelihara sikap
yang adil dan terbuka dengan semua
peserta. Usahakan untuk memperkuat
kelompok-kelompok yang lemah dari
desa melalui kerja sama dengan
kelompok-kelompok yang lebih kuat atau
melalui badan federasi atau LSM. Namun
teknik ini juga mengundang pertanyaan tentang isuisu
kepentingan siapa yang diungkapkan.
Skenario juga dapat dijadikan sarana berdebat
bagi para pihak kepentingan yang relatif bersedia
bekerjasama dan dapat digunakan untuk
mengungkapkan kepentingan pihak kepentingan yang
masih menentang dalam bahasa yang bisa diterima
bersama. Skenario bermanfaat untuk menegaskan saling
ketergantungan di antara kelompok-kelompok kepentingan
dan dapat mendorong terjadinya perubahan ke arah
koordinasi. Pembuatan skenario juga dapat digunakan
secara selektif dengan para pihak kepentingan untuk
memberdayakan mereka, dengan pengertian bahwa
langkah selanjutnya, yaitu analisis terhadap skenario
yang ada, pengambilan keputusan, pendampingan dan
negosiasi akan melibatkan para pihak kepentingan
lainnya yang relevan. Biaya untuk melakukan proses
ini akan meningkat secara proporsional jika ada
duplikasi. Oleh karena itu anda perlu memahami para
pelaku yang perlu berpartisipasi dalam pengambilan
14
keputusan dan penyusunan strategi dengan menggunakan
skenario gabungan, skenario paralel atau alternatif yang
lebih tidak intensif dengan masing-masing kelompok,
sesuai dengan sumber daya yang anda miliki.
Perbedaan kecanggihan antara para pihak
kepentingan juga perlu diperhatikan dalam merancang
berbagai metode yang mudah dimengerti dan transparan
untuk setiap kelompok pihak kepentingan yang terlibat,
termasuk warga desa yang tidak bisa membaca. Bahkan
perbedaan dalam cara berkomunikasi mungkin saja ada
di dalam suatu kelompok pihak kepentingan (misalnya,
antara pria dan wanita) atau kendala-kendala lain untuk
berbicara secara terbuka di depan orang lain.
Pertimbangkan juga bahwa perbedaan ini mungkin juga
terjadi di antara orang-orang yang berbeda dalam: jenis
pekerjaan, agama, kekerabatan (etnis), umur atau tingkat
kekayaan. Pilih pendamping yang memiliki keluwesan
dalam berkomunikasi dengan gaya bahasa yang tepat
sehingga setiap kelompok merasa nyaman. Pilih gaya
komunikasi dan tempat pertemuan yang menunjukkan
rasa hormat dan kesetaraan identitas bagi semua peserta.
Jika perlu, pilihlah pendamping yang akan terus
bertanggungjawab dalam tindak lanjutnya.
Bentuk skenario dan cara presentasinya kepada
pihak kepentingan yang berbeda juga harus
mempertimbangkan kemampuan mereka. Presentasi
skenario ini tidak harus ditulis di atas kertas. Misalnya,
di Thailand bagian utara, suatu model lansekap yang
setempat berbentuk tiga dimensi sangat membantu
untuk saling bertukar pendapat yang berbeda tentang
perencanaan pemanfaatan lahan.1 1 Penggunaan bahanbahan
yang sederhana untuk kelompok orang tertentu
harus diseimbangkan dengan pentingnya melibatkan
semua pihak kepentingan agar tetap merasa tertarik.
Tingkat kemudahannya untuk dapat dimengerti oleh
semua pihak kepentingan juga akan meningkatkan
kemampuan mereka dalam menggunakan skenario dan
belajar bersama mengenai skenario yang bersangkutan.
Sistem Informasi Geografis (SIG) dan peta-peta
dapat digunakan sebagai contoh skenario yang lebih
mudah dilihat dan nyata.1 2 Cara-cara pengelolaan hutan
oleh masyarakat sering menggunakan SIG dan peta-peta
yang dihasilkannya. Alat-alat bantu ini ternyata disukai
dan sangat membantu memperkuat pengelolaan lokal,
tetapi dalam penggunaannya tetap perlu waspada
mengingat dinamika kelompok pada dasarnya memiliki
tingkat pengenalan dan akses yang berbeda terhadap
teknologi seperti ini.
Anda mungkin harus menggunakan cara-cara lain
jika konsep mengenai visi dan masa depan sangat terbatas.
Di banyak tempat, budaya dan kondisi lingkungan
mendukung kepercayaan akan nasib dan keengganan
untuk membicarakan apa yang mungkin akan terjadi.
Salah satu cara yang mendorong orang untuk
mengungkapkan pendapatnya adalah menanyakan
kepada mereka tentang masa depan secara umum tanpa
menyebutkan batas waktunya. Jika mereka diberi batas
waktu tahun tertentu, misalnya, orang akan merasa bahwa
mereka harus menjawab secara akurat tentang apa yang
akan terjadi. Semakin dekat waktunya dengan waktu
sekarang, maka lebih besar kemungkinannya mereka
akan mengaitkan diri mereka dengan saat ini; sebaliknya,
semakin jauh kisaran waktunya, mereka akan cenderung
berpikir lebih kreatif. Anda juga dapat meletakkan
skenario pada waktu sekarang dengan menanyakan
15
kepada peserta untuk membayangkan apakah di masa
depan mereka mau tetap sama dengan keadaan sekarang
atau ingin berbeda. Ingat bahwa ketika anda
menggunakan masa sekarang sebagai titik acuan, anda
membatasi imajinasi mereka.
Jika suatu metode akan digunakan beberapa kali,
khususnya kalau masyarakat menggunakan metode ini
sendiri, anda perlu menekan biaya untuk membayar
seorang spesialis dan biaya transaksi untuk melibatkan
banyak pihak kepentingan dalam mengumpulkan
informasi. Jelas bahwa kemungkinan ada pengorbanan
antara tingkat keterincian data yang dikumpulkan dengan
metode yang digunakan untuk mengumpulkannya, yang
mudah diakses, serta cukup berarti dan merangsang para
peserta. Anda harus mengambil keputusan tentang tingkat
spesifikasi yang diinginkan.
Sebagai panduan, maksud pengumpulan data
dalam metode-metode skenario yang diuraikan di bawah
ini adalah untuk mendapatkan informasi yang memadai
bagi para pengambil keputusan sehingga mereka dapat
menyusun skenario yang masuk akal. Jadi maksudnya
bukan untuk mendapatkan pemahaman secara lengkap
tentang bagaimana suatu hipotesis tentang masa depan
dapat terwujud. Salah satu fungsi analisis skenario
adalah untuk menyederhanakan kerumitan tentang masa
depan.
Skenario mana saja dari keempat tipe yang
dijelaskan di sini dapat diterapkan secara sederhana
melalui metode Penilaian Cepat Partisipatif
(Participatory Rapid Appraisal - PRA). Teknik-teknik
penggunaan skenario dalam PRA berfokus pada
penggunaan gambar yang dibuat bersama oleh suatu
kelompok untuk menunjukkan kondisi sekarang atau
masa depan. Teknik-teknik ini telah banyak digunakan
sebagai alat untuk memberdayakan, meningkatkan
kesadaran dan melakukan perencanaan. Latihan-latihan
yang digunakan antara lain ”kemungkinan masa depan”,
”cerita berjeda”, ”menghayal terpandu” dan ”analisis
kekuatan” (lihat Boks 2).
16
Teknik-teknik PRA mungkin tidak cocok untuk
setiap pihak kepentingan atau skenario yang digunakan.
Teknik PRA mungkin bisa mengungkap keahlian dan
penilaian secara lebih langsung daripada teknik
berdasarkan model yang lebih rumit, tetapi tetap saja
tidak mampu mengatasi informasi yang sangat besar
dan rumit dengan mudah. Teknik-teknik ini mungkin
lebih mudah digunakan sebagai alat untuk belajar bagi
sebagian warga desa, tetapi mungkin kurang dapat
diterima oleh kelompok yang lebih beroritentasi
keilmuan yang mengharapkan teknik-teknik yang lebih
canggih. Berbagai metode PRA bisa kurang tepat
menggambarkan rangkaian hubungan yang ada dalam
suatu skenario dan mungkin tidak dapat menunjukkan
adanya pengulangan dan interaksi yang rumit dengan
cara-cara yang transparan. Meskipun demikian teknikteknik
ini mungkin memiliki validitas yang sama dengan
teknik-teknik model kuantitatif.
Anda mungkin perlu menggunakan berbagai
metode lainnya yang sesuai dengan kemampuan dan
pilihan berbagai kelompok yang berbeda. Memilih
variasi peserta yang terbaik, lingkungan dan suasana
belajar yang mendukung pendampingan dalam
melakukan proses penyusunan skenario sama sekali
bukan tugas yang mudah. Hampir sebagian besar tugas
ini dipengaruhi oleh sikap dan penilaian orang-orang
yang terlibat dalam merancang proses. Keterlibatan tim
yang anggotanya terdiri dari wakil-wakil yang beragam
ketrampilan dan kepentingannya dalam tahap persiapan
proses ini akan membantu meningkatkan kualitas
penilaian yang akan mempengaruhi keputusan yang
diambil. Bersiaplah untuk berpikiran terbuka, fleksibel
dan adaptif sambil anda sendiri berusaha untuk
memperbaiki proses ini.
17
1. Kemungkinan masa depan
(Disadur dari Slocum dan Klaver 1995)
Peserta mengumpulkan gagasan tentang apa yang
mungkin terjadi di masa depan. Pendamping
menentukan kurun waktunya (panjangnya bisa
disesuaikan menurut minat mereka, mungkin satu
minggu atau bisa juga sampai beberapa generasi) dan
ajak peserta untuk menggambar sendiri-sendiri atau
menggambar sebagai satu kelompok. Peserta juga dapat
mengungkapkan ide mereka melalui kata-kata yang
ditulis di kertas atau gambar di kertas besar, yang
kemudian dikumpulkan. Selanjutnya kelompok ini
membicarakan implikasi dari setiap kemungkinan masa
depan, mungkin tingkat probabilitas setiap kejadian dan
syarat-syarat yang akan meningkatkan kemungkinan
terwujudnya masing-masing kemungkinan masa depan.
2. Cerita berjeda
(Disadur dari Narayan dan Srinivasan 1994)
Seorang pendamping atau peserta sendiri menceritakan
keadaan mereka sekarang, misalnya bagaimana
seseorang yang ingin mendapatkan harga yang baik
untuk suatu hasil hutan tertentu atau bagaimana cara
seseorang mengatasi masalah penyakit yang
menyerang pohon. Kemudian mereka mengakhiri cerita
dengan akhir yang menyenangkan (atau yang tidak
menyenangkan bergantung pada apa yang ingin
dipelajari atau dihasilkan dari cerita ini. Kelompok ini
selanjutnya akan membicarakan berbagai jenis tindakan
dan situasi yang mungkin terjadi di tengah cerita).
Maksudnya adalah untuk mengaitkan awal cerita
dengan akhirnya. Anggota kelompok ini lalu memikirkan
jenis-jenis tindakan yang mereka usulkan dan
kemungkinan untuk menerapkannya.
3.Menghayal terpandu
(Disadur dari Borrini-Feyerabend 1997)
Peserta bersikap santai dan menutup mata masing-masing
sementara pedamping memandu mereka untuk
membayangkan bahwa mereka sedang berjalan melintasi
desa, rumah, ladang, hutan atau tempat-tempat lainnya
yang mereka inginkan agar diubah. Peserta mencoba untuk
membayangkan apa yang mereka ingin lihat sambil
berjalan melalui berbagai titik yang penting (sumur, sungai,
tempat pertemuan, jalan setapak dll.) atau hal-hal yang
sedang mereka kerjakan (apa yang mereka gendong, apa
yang menarik perhatian mereka, apa yang membuat
mereka senang, dll.) Setelah perjalanan ini selesai, peserta
saling berbagi apa yang mereka lihat dan membicarakan
tindakan yang ingin mereka lakukan.
4. Analis kekuatan
(Disadur dari Narayan dan Srinivasan 1994)
Peserta merenungkan situasi mereka sekarang dan
berbagai masalah yang mereka hadapi. Situasi dan
berbagai masalah ini mereka gambarkan di atas selembar
kertas. Kemudian mereka diminta untuk menggambarkan
masa depan yang mereka inginkan. Peserta lalu
membandingkan gambar-gambar yang telah mereka buat
dan membicarakan berbagai kekuatan yang mendorong
atau menghambat perubahan dari kondisi sekarang ke arah
kondisi yang diinginkan. Mereka menggunakan
pemahaman tentang kekuatan positif (misalnya, sumber
daya yang tersedia) dan kekuatan negatif (berbagai kendala)
yang mempengaruhi tujuan mereka untuk membuat strategi
dalam mengambil tindakan yang terbaik untuk mencapai
sasaran mereka. Berbagai tindakan ini harus konsisten
dengan kekuatan-kekuatan yang ada, sehingga tindakan
yang dirancang dapat mengatasi berbagai kekuatan negatif
dan memperkuat kekuatan positif.
BERBAGAI METODE PENILAIAN CEPAT PARTISIPATIF (PARTICIPATORY
RAPID APPRAISAL - PRA) YANG RELEVAN UNTUK MENYUSUN
SKENARIO
B o k s 2
Berbagai contoh metode di bawah ini masing-masing dapat disesuaikan dengan lokasi tertentu atau orang
yang menggunakannya.
18
METODE-METODE
SKENARIO
Ada empat tipe pendekatan skenario — visi, proyeksi, jalur atau
alternatif — masing-masing menggunakan metode yang berbeda,
seperti uraian singkat berikut ini. Kami berasumsi bahwa langkahlangkah
persiapan yang diuraikan di atas sudah dilakukan atau
paling sedikit sudah dimulai.
Skenario-skenario yang dihasilkan melalui tipe pendekatan mana
saja di antara keempat tipe tersebut harus mengikuti aturan-aturan
masing-masing sehingga dapat bermanfaat. Aturan-aturan ini harus
konsisten, koheren, masuk akal dan mungkin dilaksanakan (yaitu
berbasis sumber daya hutan yang nyata, proses-proses alami, logika
dan etika); yang terkait dengan masa sekarang dan bisa dimengerti
oleh para pengguna skenario. Syarat-syarat tersebut memang akan
ada kelebihan dan kekurangannya jika dilihat dari segi kreativitas,
tetapi semuanya diperlukan untuk memastikan agar proses belajar
yang sedang berlangsung relevan dengan situasi nyata. Para pengguna
skenario kemungkinan besar akan lebih mudah memahami dan
mengingat berbagai hubungan dan sebab-akibat dalam suatu skenario
jika informasinya disampaikan dalam bentuk cerita dan setiap cerita
diberi nama. Panjang masing-masing cerita ini sebaiknya kurang
lebih sama dan tingkat rinciannya cukup merata tetapi lengkap
sehingga mudah dibandingkan antara satu dengan lainnya.
Untuk masing-masing tipe skenario, peserta perlu melakukan
proses yang menantang cara berpikir mereka membuat mereka
sampai kepada suatu pengalaman ”Oh ya!” karena mereka
mendapatkan pemahaman yang baru. Tercapainya pemahaman baru
yang mengarah kepada tindakan ini merupakan ciri untuk menilai
keberhasilan proses belajar dengan menggunakan skenario.
19
SKENARIO VISI
Skenario visi adalah yang paling sederhana di antara
empat tipe skenario. Tujuannya adalah untuk membantu
orang mengungkapkan harapan-harapan mereka,
untuk mengembangkan kesadaran tentang harapanharapan
ini dan untuk memberdayakan mereka sehingga
mereka sendiri bisa berpikir bahwa harapan-harapan itu
kemungkinan dapat dicapai.
Metode ini hanya berupaya untuk mendapatkan
satu skenario saja, yang biasanya berupa jepretan
sekilas tentang suatu saat di masa depan. Latihan
seperti ini paling efektif ketika orang dapat berpikir
bebas tentang keinginan mereka tentang masa depan
tanpa merasa terikat atau terhambat oleh pengetahuan
mereka tentang kondisi saat ini atau terhambat oleh
harapan-harapan orang lain. Langkah-langkah untuk
metode ini adalah sebagai berikut:
• Mintalah kepada peserta untuk menyatakan visi
tentang perubahan apa yang mereka inginkan
terjadi di hutan, desa atau kehidupan mereka.
Pertanyaan-pertanyaan bisa lebih umum, atau lebih
spesifik, seperti, ”hasil hutan yang mana saja yang
anda inginkan dalam keadaan melimpah?” ”Di
mana letak hutan yang anda inginkan itu berada?”
”Untuk apa saja anda ingin menggunakan hutan
anda?” ”Aturan pengelolaan yang bagaimana atau
pengaturan seperti apa yang menurut anda adalah
yang terbaik?”
• Berikan kesempatan kepada masing-masing peserta
untuk memikirkannya dalam kelompok dan memulai
proses pembuatan visi. Proses ini bisa berlangsung
beberapa menit atau beberapa hari, bergantung pada
sejauh mana tingkat kerumitan informasi yang
diinginkan atau banyaknya proses konsultasi yang
diperlukan. Proses ini mungkin saja dilakukan oleh
individu dengan merenung sendiri, atau melalui
diskusi kelompok inti atau melalui pengumpulan
informasi tambahan.
• Mintalah peserta untuk saling mengemukakan
skenario masing-masing. Gambar-gambar sederhana
di atas kertas atau drama mungkin sudah cukup
untuk melakukan hal ini, tetapi harus disertai
penjelasan oleh orang yang membuat skenario.
• Dampingi para peserta dalam diskusi tentang
implikasi skenario-skenario yang disajikan dan
kaitkan dengan tindakan. Hal-hal yang didiskusikan
mencakup:
- Jelaskan alasan di balik skenario yang dibuat.
- Identifikasi kesamaan dan perbedaan antara
skenario-skenario yang berbeda. Jajaki mengapa
muncul berbagai perbedaan itu. Apakah
perbedaan itu berkaitan dengan jender, usia,
etnisitas, status, pendidikan atau lokasi geografis?
- Identifikasi hal-hal yang tidak diharapkan dan
hal-hal yang sudah bisa diduga.
- Tetapkan kriteria sebagai dasar pemilihan
skenario yang lebih disukai.
- Buat skenario yang merupakan paduan dari halhal
yang diinginkan oleh semua peserta.
- Lakukan analisis skenario dan mana yang lebih
disukai berdasarkan pandangan kelompokkelompok
kepentingan yang berbeda.
20
Pilihan
• Anda bisa menyediakan ide-ide pembuka untuk
menarik perhatian ke arah bagian tertentu dalam
membuat skenario. Misalnya, anda bisa
menyediakan suatu daftar mengenai berbagai
kemungkinan perubahan di dalam hutan
(menurut hasil hutan, tipe hutan, lokasi),
penyebab perubahan (manusia, alam) perubahan
yang bersifat sektoral (transportasi, pertanian,
industri, pendidikan, demografi). Anda bisa
mengajak orang untuk membayangkan apa yang
mungkin akan dilakukan oleh mereka sendiri,
anggota keluarga atau anggota masyarakat, di
masa depan.
• Anda bisa menyediakan bagian-bagian cerita
seperti apa adanya. Misalnya, anda bisa
mengajak orang untuk membayangkan masa
depan yang mereka inginkan, mengingat adanya
kebijakan baru yang akan memberikan
pengakuan terhadap hak masyarakat untuk
melakukan pengaturan, atau jika jalan-jalan
yang ada diperbaiki.
- Tetapkan peringkat skenario atau unsur-unsur
dalam skenario yang paling disukai berdasarkan
pertimbangan kelompok atau subkelompok.
- Lakukan analisis implikasi positif dan
negatifnya _ siapa yang mendapatkan manfaat,
siapa yang mengalami kerugian? Keuntungan/
kerugian apa saja yang akan diperoleh dalam
jangka pendek/panjang?
- Lakukan analisis kemampuan, motivasi dan
sumber daya yang terlibat dalam suatu skenario.
- Renungkan apa yang dapat dilakukan untuk
mencapai hasil-hasil yang diinginkan.
Contoh penerapan pendekatan skenario
berdasarkan visi di Zimbabwe ditunjukkan dalam
Boks 3. Kasus ini menggambarkan aspek-aspek yang
sangat membantu dan juga yang mendatangkan
masalah dalam proses pembuatan skenario.
21
Pada tahun 1980-an dewan distrik di Zimbabwe diberi
mandat sebagai organisasi untuk mengatur pengelolaan
sumber daya alam dan melaksanakan pembangunan.
Salah satu masalah yang dihadapi adalah hubungan
antara warga masyarakat setempat dengan para anggota
dewan distrik. Ada ketidakcocokan – sistem pengelolaan
sumber daya alam yang paling efektif secara lokal adalah
didasarkan pada sistem tradisional dan fokusnya pada
kelompok pengguna, sementara dewan distrik dan
struktur lokal mereka, dengan segala bentuk peraturanperaturannya,
memberlakukan sistem denda dan
mekanisme penegakan peraturan yang ternyata tidak
efektif, namun mereka ini memiliki mandat legal untuk
mengelola sumber daya alam.
Pada bulan April 2000, para peneliti yang terlibat
dalam proyek riset partisipatif di dua lokasi proyek di distrik
Chivi, Zimbabwe melakukan pertemuan dengan para
anggota dewan pengurus untuk mengkaji kemungkinan
reorientasi pengaturan pengelolaan sumber daya alam.
Tujuan pertemuan ini adalah untuk melihat apakah ada
sesuatu yang dapat dicapai dalam konteks kerangka
legislatif yang ada sekarang. Metode yang digunakan
adalah pengembangan skenario, yang melaluinya para
peserta pertemuan dapat mengembangkan visi untuk masa
depan.
Gagasan untuk melakukan pertemuan ini kemudian
diungkapkan kepada Chief Executive Officer di Chivi
Rural District Council (RDC), yang sangat menyambut
gagasan ini. Karena kami mengharapkan warga
masyarakat lokal terlibat dalam pertemuan ini, kami
memutuskan untuk melakukan pertemuan awal di tingkat
masyarakat sehingga kami dapat menyiapkan mereka
dan memberikan rasa percaya diri sehingga mereka
dapat mengungkapkan pendapat mereka di tengah para
pegawai RDC.
Pertemuan ini disambut dengan penuh semangat.
Para peserta mengharapkan bahwa akan ada banyak
CONTOH PROSES PEMBUATAN SKENARIO DI ZIMBABWE
Untuk menjajaki peranan pihak kepentingan yang berbeda dalam suatu pengelolaan
hutan oleh masyarakat
B o k s 3
lagi pertemuan seperti ini. Sebagian besar wakil dari
desa-desa belum pernah berkesempatan untuk
membicarakan isu-isu ini dengan para pejabat
pemerintah. Di bagian akhir pertemuan tingkat distrik,
masing-masing subkelompok masyarakat menyajikan
visinya. Empat di antara subkelompok yang ada
anggotanya merupakan campuran acak dari beberapa
orang yang meliput berbagai topik berbeda (air, lahan,
ternak, penggembalaan ternak dan mekanisme
penegakan peraturan), satu kelompok beranggotakan
para pejabat dari RDC dan beberapa penasihat.
Kelompok ini mendiskusikan visi peranan RDC dan
peranan masyarakat. Bagi seseorang yang mengetahui
prosedur perencanaan dan pelaksanaan yang sekarang
dilakukan oleh RDC, pengembangan visi ini sangat
revolusioner. Cara ini mencerminkan pergeseran dari
metode perintah dan pengendalian ke arah metode yang
melibatkan devolusi sepenuhnya. Peranan RDC
dianggap sebagai pendamping dan pendukung berbagai
prakarsa masyarakat, menyediakan proses arbitrasi jika
diperlukan dan mengkoordinasi berbagai kegiatan di
antara desa-desa.
Ciri-ciri suatu proses yang mengarah kepada
pengembangan visi antara lain meliputi:
• Keterlibatan peneliti secara terus-menerus. Para
peneliti selalu hadir dalam setiap tahap proses ini
untuk mendokumentasikan perasaan peserta dan
untuk menjajaki hal-hal yang tersembunyi dalam
berbagai pertemuan.
• Para peneliti memiliki komitmen jangka panjang.
Berbagai visi mungkin dapat muncul pada siang hari,
tetapi tidak akan bisa terlaksana tanpa proses yang
sifatnya jangka panjang dan melibatkan para peneliti
dan para pihak kepentingan terpenting. Proyek
penelitian ini telah berlangsung selama 18 bulan
sebelum pertemuan di tingkat distrik terjadi, dan Kepala
Pelaksana (CEO) adalah anggota panitia pengarah
22
proyek. Gagasan untuk melakukan pertemuan
tentang tata pemerintahan yang diselenggarakan oleh
RDC telah ditawarkan sekitar delapan bulan sebelum
pertemuan tingkat distrik ini berlangsung. Keterlibatan
dan persiapan di tingkat desa juga sudah berlangsung
lama. Dua orang peneliti juga tinggal terus menerus
di dua tempat tersebut selama setahun sebelum
pertemuan berlangsung.
• Studi kelembagaan yang cukup mendalam sudah
dilakukan sebelumnya. Studi ini meliputi peraturan
dan undang-undang nasional dan gerakan ke arah
desentralisasi, perumusan dan implementasi berbagai
peraturan di tingkat distrik, dan banyak sekali
organisasi tingkat lokal dalam pengelolaan hutan dan
air setempat. Berbagai studi ini memberikan pengertian
kepada para peneliti untuk melakukan berbagai
kemungkinan titik intervensi untuk melakukan
perubahan kelembagaan.
• Rasa percaya diri bagi warga masyarakat sudah
dikembangkan sebelum pertemuan tingkat distrik
berlangsung. Di setiap desa dilakukan pertemuan
sepanjang hari yang dihadiri oleh banyak warga desa,
di mana dalam pertemuan ini mereka mengembangkan
visi awal masyarakat. Pertemuan ini kemudian
dilanjutkan dengan pertemuan yang lebih kecil dan
berlangsung lebih singkat di setiap dusun, dengan
tujuan untuk memilih wakil-wakil mereka dalam
pertemuan tingkat distrik, juga untuk mengembangkan
visi mereka lebih lanjut serta untuk menyiapkan
presentasi. Para peneliti mendampingi berbagai
pertemuan ini. Pada awal pertemuan yang
berlangsung sepanjang hari itu, kelompok besar yang
terdiri dari sekitar 100 orang (di setiap dusun) dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecil: pria yang lebih tua,
para wanita, dan para pemuda. Dalam pertemuan ini
masing-masing memainkan peran (Role-play) yang
tampaknya cukup efektif untuk memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mengungkapkan
pendapatnya mengenai hal-hal yang sensitif. Matriks
peringkat juga digunakan untuk menjajaki berbagai
variabel perubahan yang diharapkan.
• Pertemuan tingkat distrik direncanakan secara
matang, agenda dan bahasa yang digunakan dalam
pertemuan juga mendapat perhatian khusus. Konsep
agenda untuk pertemuan ini memberikan kesempatan
kepada masyarakat untuk menyampaikan presentasi
Penetapan peraturan dan
konstitusi
Penegakan peraturan
Denda, pajak, royalti
Distribusi pendapatan
Proyek-proyek riset dan
pengembangan
Pemeliharaan (misalnya,
melakukan pengeboran, dip tank)
Merancang pemanfaatan lahan
Pemantauan dan evaluasi
Mengusulkan berbagai hukum,
peraturan dan konstitusi
Menempatkan pemantau dan
menetapkan sangsi
Menentukan tingkat, memberlakukan
dan memungut
Mengusulkan berbagai sistem distribusi
pendapatan, menyiapkan dana
Memberikan prioritas terhadap berbagai
proyek, mengidentifikasi para peserta
Melaksanakan dan membayarnya
Menghasilkan rancangan
Melakukan pemantauan dan evaluasi
Merasionalisasikan dan mengadopsi
berbagai peraturan dan konstitusi yang
diusulkan
Melakukan arbitrasi, sistem kajian,
melatih pengawas
Memberi persetujuan dan pemantauan
Melakukan negosiasi, persetujuan dan
pemantauan
Melakukan koordinasi di antara
masyarakat desa, mendukung berbagai
aplikasi proyek
Melakukan pemantauan dan evaluasi
Memfasilitasi koordinasi di antara
masyarakat desa, memberi persetujuan
Memfasilitasi koordinasi di antara
masyarakat desa, memberi persetujuan
Visi peranan RDC dan masyarakat dalam pengelolaan sumber-sumber daya alam
Isu pemerintah Peranan masyarakat Peranan RDC
23
mereka pada pagi hari sedangkan RDC akan
melakukannya pada siang hari. Meskipun
pertemuan-pertemuan oleh RDC biasanya
dilakukan dalam bahasa Inggris, dalam
pertemuan ini mereka menggunakan bahasa
Shona sehingga warga masyarakat dapat ikut
berpartisipasi.
Berbagai masalah yang dihadapi
• prosesnya bertele-tele. Proses pembuatan visi
secara menyeluruh, sampai ke tahap presentasi
visi di tingkat distrik, berlangsung selama sekitar
tiga hari kerja bagi beberapa warga masyarakat
(untuk pertemuan dan persiapannya).
• ada kesulitan istilah-istilah dalam bahasa Shona
untuk mengungkapkan hal-hal yang menyangkut
visi. Selain itu, karena masyarakat merasa
pesimis terhadap masa depan mereka, sulit
sekali untuk bergerak ke arah visi yang lebih
positif. Visi awal, khususnya yang diungkapkan
dalam pertemuan tingkat desa, umumnya sangat
negatif.
• ada kecenderungan para elit dan pakar untuk
mendominasi. Kendati perwakilan pendapat
warga masyarakat sudah diupayakan, ada pihak
kepentingan tertentu yang selalu ingin keluar dari
alur proses ini. Upaya untuk mendominasi visi
warga masyarakat Romwe oleh tokoh-tokoh kuat
di desa (mantan penasihat) bisa dicegah dengan
cara mengajak orang ini berjalan-jalan untuk
membicarakan ”isu-isu penting lainnya”. Di salah
satu sub-kelompok dalam pertemuan tingkat
distrik, seorang petugas penyuluh sengaja
mengesampingkan visi tentang cara
pemerintahan yang dihasilkan oleh warga
masyarakat ke arah suatu visi yang teknokrasi.
Disadur dari
B. Campbell dkk. 2000. Forging New Institutional
Arrangements for Common Property Resource
Management – A Case Study from Southern Zimbabwe.
24
SKENARIO PROYEKSI
Skenario proyeksi sangat mirip dengan skenario
visi, kecuali dalam satu hal. Skenario visi
memperlihatkan suatu gambaran tentang masa
depan berdasarkan harapan-harapan
masyarakat dan bukan keinginan mereka. Tujuan
skenario proyeksi adalah untuk membantu orang
belajar merasakan apa yang akan terjadi di masa
depan jika kecenderungan atau kondisi yang ada
sekarang tetap berlangsung. Misalnya, satu
kelompok masyarakat di Kamerun mengetahui
bahwa dengan menanyakan kepada warga desa
tentang bagian sumber daya hutan yang tersedia bagi
beberapa generasi, termasuk generasi yang akan datang,
menggugah kesadaran mereka tentang kecenderungan
hilangnya sumber daya yang sangat meresahkan13.
Skenario proyeksi juga dapat bermanfaat untuk
mengidentifikasi kelemahan pengetahuan mereka
tentang berbagai kemungkinan kecenderungan dan
kebutuhan informasi yang masih harus dikumpulkan.
Skenario ini dapat juga bermanfaat untuk menyusun
rencana penanggulangan hal-hal yang tak terduga. Jika
risiko dan ketidakpastian sangat tinggi, maka tidak
mungkin untuk hanya menyiapkan satu proyeksi saja.
Sebaliknya, skenario alternatif (lihat di bawah), yang
didasarkan pada skenario proyeksi, akan merupakan
pilihan yang lebih baik.
Metode ini mencakup langkah-langkah berikut:
• Mintalah peserta untuk menentukan suatu waktu di
masa depan sebagai titik akhir untuk membuat
proyeksi. Waktu ini harus relevan untuk memahami
dampak tindakan atau keputusan yang harus mereka
ambil (lihat bagian ”Bersiap-siap” di atas).
• Mintalah peserta untuk menetapkan hutan dan lahan
serta siapa yang akan dimasukkan ke dalam proyeksi
mereka. Ketiga hal ini akan merupakan pembatas
sistem yang sudah dibahas dalam tipe-tipe skenario.
Batas-batas ini harus mencerminkan berbagai
pengaruhnya terhadap keputusan atau tindakan yang
akan diambil. Selain itu juga akan membantu agar
latihan ini tetap fokus.
• Mintalah peserta untuk menentukan kriteria yang
akan mereka gunakan kemudian dalam mendapatkan
data dan penalaran skenario secara bersama.
• Ajaklah peserta untuk merenungkan struktur sumber
daya sekarang, para pelaku, berbagai lembaga,
kejadian, secara individu atau bersama dalam
kelompok kecil, dengan batas-batas yang sudah
diidentifikasi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
antara lain jenis pemanfaatan hutan, para pengguna
hutan, hubungan di antara para pengguna, peraturan
25
mengenai pemanfaatan hutan dan hubungan antara
hutan dengan berbagai kebutuhan ekonomi rumah
tangga setempat, pertanian atau peternakan dan
kualitas air. Diskusi berupa curah pendapat dengan
hal-hal yang sudah disediakan untuk memicunya
akan sangat bermanfaat. Tentukan prioritas untuk
mengurangi unsur-unsur dalam sistem sehingga
jumlahnya lebih dapat dikelola. Informasi tambahan
dapat dikumpulkan dari sumber-sumber lainnya.
Gambar 1. Hubunga multi-tingkat di antara berbagai kecenderungan dalam
pengelolaan hutan oleh masyarakat.14
T1: Meningkatnya permintaan pasar global terhadap HHNK yang
ramah lingkungan ?
T2: Konvensi PBB untuk mendukung pengelolaan hutan oleh
masyarakat +
T3: Syarat-syarat perdagangan internasional dari Organisasi
Perdagangan Dunia -
T4: Syarat peminjaman dana dari Bank Dunia untuk menunda
devolusi dalam pengelolaan hutan -
T5: Nilai ekspor HHNK meningkat dengan merosotnya nilai tukar
uang lokal +
T6: Dukungan terhadap pertambangan bertambah -
T7: Kebijakan untuk menggalakan perkebunan kelapa sawit -
T8: Pajak di daerah menurun -
T9: Pengusulan kawasan di dekatnya untuk dijadikan taman
nasional ?
T10: Melemahnya peraturan-peraturan adat setempat -
T11: Penggunaan hutan yang merusak oleh pihak-pihak dari luar -
Global T1 T2 T3
Nasional T4 T5 T6 T7
Regional T8 T9
Lokal T10 T11
• Tentukan ciri-ciri hubungan yang
menunjukkan faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi faktor
lainnya, apa dampaknya, dan
pada tingkat mana dampak ini
(jika mungkin) terjadi dan
lingkaran umpan balik di mana
suatu faktor cenderung akan
memperkuat atau mengimbangi
faktor lainnya. Informasi
tambahan dapat dikumpulkan
dari sumber lainnya.
• Mintalah peserta untuk
mengidentifikasi kecenderungankecenderungan
yang bisa
diperkirakan tetapi berlangsung
lambat untuk unsur-unsur yang
telah mereka beri prioritas.
Dampak mana yang terus
meningkat? Menurun? Apakah
salah satu atau beberapa
hubungan menjadi lebih penting
daripada faktor lainnya yang
mempengaruhi hasil? Di bagian
mana terjadi kekurangan
informasi atau ketidakpastian?
Informasi tambahan dapat
dikumpulkan dari sumbersumber
lainnya. Para peserta
dapat memetakan hubunganhubungan
tersebut di antara
berbagai kecenderungan yang
ada (lihat Gambar 1). Anda bisa
membuat daftar hal-hal yang
mengalami perubahan dan
kemudian mendiskusikan tipe
Kecenderungan Dampak
26
masing-masing dampak, misalnya, meningkatnya
manfaat bagi masyarakat. Berbagai hubungan di
antara kecenderungan-kecenderungan itu kemudian
dapat disajikan secara grafis untuk melihat bagaimana
kecenderungan ini saling mempengaruhi.
• Mintalah peserta untuk menerapkan kecenderungankecenderungan
tersebut di atas dengan kondisi
sekarang. Lakukan pelacakan rantai penyebab
kejadian sampai suatu titik waktu tertentu dan
perhatikan berbagai interaksi di antara kejadiankejadian.
Lacak hubungan-hubungan yang bisa
diprediksi. Tentukan proyeksi mana yang tidak
mungkin dilakukan dan jelaskan mengapa.
• Mintalah peserta untuk saling menyajikan struktur,
logika dan hasil-hasil dari skenario mereka. Skenario
proyeksi harus melibatkan diskusi tentang
bagaimana para peserta sampai kepada suatu hasil,
bukan langsung hasilnya saja. Selain citra yang
sudah diproyeksikan, para peserta juga dapat
menciptakan gambar-gambar yang menunjukkan
hubungan terpenting di antara rangkaian berbagai
kejadian.
• Dampingi peserta untuk mendiskusikan implikasi
berbagai skenario yang disajikan dan tindakantindakannya.
Hal-hal yang didiskusikan meliputi:
- Penjelasan alasan dan data yang menjadi landasan
skenario untuk memastikan bahwa setiap orang
memahami dasarnya.
- Diskusikan peluang proyeksi yang akan terjadi.
- Diskusikan proses-proses atau hubunganhubungan
mana yang paling mempengaruhi
hasilnya dan mengapa.
- Renungkan apa saja yang bisa dikerjakan
sekarang menurut skenario yang dibuat. Prosesproses
penting atau hubungan-hubungan mana
yang memerlukan tindakan? Mana yang bisa
diubah dan mana yang tidak?
- Identifikasi kesamaan dan perbedaan di antara
skenario yang dibuat oleh orang-orang yang
berbeda. Jajaki mengapa perbedaan itu terjadi?
Apakah perbedaan ini karena jender, umur,
etnisitas, status, atau pendidikan? Sesuaikan
skenario sebagaimana diperlukan.
- Lakukan analisis data dan logika proyeksi dari
perspektif kelompok yang berbeda
kepentingannya.
- Buat skenario terpadu yang mewakili
pemahaman semua peserta.
Pilihan
• Anda bisa membuat variasi mata rantai sebabakibat
dan berbagai hubungan yang
dimasukkan ke dalam skenario dengan cara
membuat variasi tingkat risiko yang
diharapkan, ketidakpastian atau ketersediaan
informasi.
• Anda bisa menurunkan kerumitan latihan ini
dengan hanya memfokuskan pada jumlah
hubungan yang lebih sedikit, atau dengan
mengkaji serangkaian hubungan dalam
berbagai tahap. Misalnya, hubungan-hubungan
ini dapat dibuat bertahap menurut skala
geografis (hutan lokal, unit administrasi lokal,
daerah resapan air, unit administrasi
menengah, skala nasional, international), atau
berdasarkan sektor. Saling keterkaitan di antara
berbagai skala dan sektor ini akan dikaji pada
tahap akhir.
• Peserta dapat melewati proses menganalisis
kondisi sekarang dan kecenderungan yang ada
sekarang dan membuat proyeksi menurut
intuisi mereka. Asumsi-asumsi yang mendasari
berbagai proyeksi ini kemudian akan dibahas
dalam diskusi.
• Peserta dapat membandingkan proyeksi ini
dengan skenario visi (lihat ”Skenario jalur”.)
27
Tujuan skenario jalur adalah untuk membantu peserta
menentukan bagaimana caranya beralih dari kondisi
sekarang ke arah kondisi yang diinginkan. Skenario jalur
menggabungkan unsur-unsur skenario visi dan skenario
proyeksi.
Perbedaan mendasar antara skenario jalur dari
pendekatan lainnya adalah fokusnya, yaitu penyelesaian
masalah dan penyusunan strategi untuk mengatasi
berbagai kendala dan peluang untuk mencapai sasaran
di masa depan, daripada berusaha untuk meresapi
kemungkinan tertentu di masa depan. Langkah-langkah
berikut ini kami sarankan.
• Buatlah skenario visi (lihat di atas).
• Mintalah peserta untuk mengatakan ciri-ciri sumber
daya sekarang, para pelaku, lembaga-lembaga,
kejadian dan hubungan di antara ciri-ciri ini dengan
SKENARIO JALUR
hutan, lahan atau kehidupan mereka (lihat ”Skenario
proyeksi” di atas).
• Mintalah peserta secara individu atau dalam
kelompok-kelompok kecil untuk membandingkan
perbedaan antara dua gambaran tersebut.
• Bersama peserta lakukan identifikasi kendala dan
peluang utama untuk mencapai visi mereka, dengan
mengingat kondisi awalnya. Apa saja kemampuan
dan kelemahan yang ada di antara para pelaku dalam
mewujudkan visi mereka? Kekuatan eksternal apa
saja yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk
mewujudkan visi itu?
• Mintalah peserta untuk mengungkapkan pendapat
mereka tentang suatu strategi dalam mewujudkan
visi mereka, dengan mengingat adanya berbagai
kendala dan peluang ini. Hal-hal yang didiskusikan
meliputi:
- apa yang harus diubah dan bagaimana cara
mengubahnya? Bagaimana cara mencari
peluang dan mengembangkan kemampuan?
- bagaimana cara meminimumkan berbagai
kendala dan kelemahan?
- siapa saja pelaku utama yang terlibat untuk
mencapai visi?
- dengan cara bagaimana para pelaku ini harus
bekerjasama?
- sumber daya apa saja yang akan diperlukan?
- pada tahap mana intervensi yang paling efisien
dapat dilakukan ?
- apa saja yang secara realistis dapat dan tidak dapat
diubah?
- apa saja yang bisa mereka kendalikan dan mana
yang tidak?
- berapa lama waktu yang diperlukan untuk
mewujudkan visi?
Pilihan
• Anda dapat menggabungkan metode di atas
dengan analisis proyeksi skenario lengkap
untuk mengetahui berbagai kendala dan
peluang secara lebih rinci, khususnya sepanjang
rantai sebab-akibat.
• Anda dapat membuat skenario visi atau
skenario proyeksi pada interval sedang yang
dipilih untuk meningkatkan berbagai rincian
peristiwa atau saat penting dan implikasi yang
terkait dengan berbagai strategi.
• Anda dapat membuat jalur yang lebih panjang
atau lebih pendek dengan memberikan
informasi lanjutan tentang awal dan akhir dari
cerita. Misalnya, anda dapat memberikan akhir
dari suatu cerita dengan melakukan suatu
pembahasan tentang usulan berbagai ukuran
kelestarian yang diakui secara internasional
terhadap pengelolaan hutan. Anda dapat
memulai cerita dengan menjelaskan beberapa
tindakan hipotesis bahwa suatu kelompok
petani harus mengelola hutan mereka secara
lestari. Kemudian anda meminta para peserta
untuk melengkapi cerita yang belum lengkap
itu. Perhatikan bagian yang lebih kecil dari
kemudahan jalur proses belajar dan buat strategi
penyelesaian masalah yang lebih mudah.
• Ajak peserta untuk merenungkan perbedaan strategi
di antara kelompok-kelompok mereka (lihat skenario
visi dan skenario proyeksi, sebagai hal-hal yang
perlu didiskusikan) dan buatlah daftar tindakan.
28
29
SKENARIO ALTERNATIF
Tujuan skenario alternatif adalah untuk memperluas cara
orang berpikir tentang masa depan dengan
mempertimbangkan berbagai ketidakpastian dengan cara
menjajaki – tidak hanya satu, tetapi beberapa –
kemungkinan masa depan. Skenario-skenario ini akan
membantu peserta mengatasi berbagai ketidakpastian,
bukan dengan cara menghilangkannya, tetapi dengan cara
melihat konteks dan pemahaman terhadap berbagai
implikasi yang terkait.
Metodenya menggunakan unsur-unsur dari metode
dalam skenario visi, proyeksi dan jalur. Perbedaan
dasarnya dengan metode lainnya adalah dalam skenario
alternatif ini masa depan diperlakukan sebagai keadaan
yang tidak bisa diketahui. Asumsinya risiko merupakan
aspek yang penting dalam pengambilan keputusan
sekarang. Berbagai skenario dihasilkan untuk
memperlihatkan apa saja yang bisa terjadi karena adanya
berbagai risiko ini.
Masalah intinya … bukan untuk memiliki satu
skenario yang ”betul-betul benar,” tetapi untuk
mendapatkan banyak skenario yang akan
menerangkan berbagai kekuatan utama yang
menggerakkan suatu sistem, saling keterkaitan di
antara kekuatan-kekuatan ini dan ketidakpastian
yang terpenting. Para pengguna skenario akan
menjadi lebih fokus tentang sistem lingkungan
yang terpenting karena dibantu oleh konsepkonsep
baru dan sistem bahasa yang lebih kaya,
yang melalui cara tersebut mereka dapat saling
bertukar pikiran dan data.
Peter Wack (1985b h. 146)
Karena skenario alternatif ini melibatkan pembuatan
sistem pemahaman terhadap banyak skenario, maka
prosesnya akan memerlukan banyak waktu dibandingkan
dengan tipe skenario lainnya dan karena lebih banyak
analisis yang harus dilakukan, pendampingannya juga
paling intensif.
Metode ini meliputi langkah-langkah berikut:
• Mintalah peserta untuk mengungkapkan berbagai
kemungkinan ketidakpastian yang berkaitan dengan
hutan, desa atau kehidupan mereka yang terkait
dengan pemicu perubahan yang ada sekarang atau
yang diharapkan, seperti bencana alam, fluktuasi
pasar, kebijakan di bidang lingkungan atau
persaingan dengan pihak luar.
• Tanyakan kepada peserta dimensi-dimensi
ketidakpastian atau yang mana yang paling ingin
mereka jajaki secara lebih detail melalui metode
skenario. Faktor-faktor yang terpenting akan menjadi
landasan dalam pemilihan tema-tema skenario.
Faktor-faktor ini bisa berupa, misalnya, perubahan
pasar dan penetapan harga atau kebijakan tentang
kepemilikan.
• Untuk setiap ketidakpastian yang penting, mungkin
mereka ingin memberikan spesifikasi serangkaian
skenario untuk menunjukkan berbagai kisaran
nilainya. Kisaran ini akan dipilih berdasarkan
berbagai asumsi atau prinsip perbandingan mana
yang penting, khususnya dalam hal risikonya.
Sebagai contoh, seorang anggota masyarakat
mungkin merasa mereka ingin membandingkan
skenario yang menunjukkan risiko-risiko yang
terkait dengan penebangan hutan di kawasan konsesi
yang ada di dekat mereka. Mereka dapat melihat
berbagai skenario yang menunjukkan berbagai
kemugkinan dampak penebangan hutan.
• Untuk merangsang kreativitas dan mengatasi
kemungkinan bias dalam memilih tema skenario, coba
- gunakan hasil yang paling ekstrim, bukan hanya
yang bisa diprediksi.
- ciptakan gangguan terhadap kecenderungankecenderungan
yang sudah terjadi.
- pilih tema-tema skenario yang sangat berbeda
satu dengan yang lainnya, bukan yang
menunjukkan suatu gradasi nilai seperti tinggi,
30
sedang dan rendah, atau skenario positif dan
negatif.
- masukkan skenario yang tidak diinginkan.
- mulai pembuatan skenario dari masa depan yang
dikhayalkan, daripada dengan melakukan
ekstrapolasi kecenderungan yang ada sekarang.
• Pilih beberapa skenario awal (lihat di bawah).
• Beri tema dan label untuk masing-masing skenario.
Tema dan label ini harus mencerminkan
ketidakpastian yang terkait atau nilai dari
ketidakpastian itu. Salah satunya misalnya ”Risiko
pasar bagi buah tagwa”. Dan tema ini bisa memiliki
tiga skenario, dengan label ”Harga merosot”,
”Pasokan meningkat,” dan ”Kemungkinan cara
pemrosesan baru”.
• Bentuk beberapa kelompok kecil dan masing-masing
diberi tugas untuk mengerjakan satu tema skenario.
• Mintalah peserta dalam setiap kelompok untuk
memilih suatu waktu di masa depan di mana mereka
mengharapkan ketidakpastian akan terjadi dan
menimbulkan dampak (merujuk kepada ”Skenario
proyeksi” dan ”Bersiap-siap” di atas).
• Mintalah setiap kelompok untuk membuat suatu
gambar (atau mengungkapkan) kondisi sekarang dan
masa depan yang berkaitan dengan tema skenarionya.
• Mintalah peserta untuk menguraikan sumber daya,
para pelaku, kejadian-kejadian dan hubunganhubungan
dengan hutan, desa atau kehidupan mereka
dalam setiap gambar (lihat ”Skenario proyeksi” di
atas).
• Ajaklah peserta untuk mengungkapkan suatu cerita
untuk menjelaskan apa yang telah terjadi (atau sedang
terjadi) untuk beralih dari satu gambar ke gambar
lainnya. Selama peserta bercerita
- bersama dengan peserta mengidentifikasi
berbagai kecenderungan yang bisa diprediksi
tetapi yang berlangsung lambat, yang
mempengaruhi kejadian-kejadian di atas. Hal-hal
yang disebutkan dapat dicatat di atas kertas dan
saling keterkaitannya dapat dipetakan (lihat
Gambar 1).
- bantulah peserta untuk mengidentifikasi berbagai
ketidakpastian, seperti bencana alam, konversi
lahan, fluktuasi pasar, kebijakan lingkungan dan
tindakan yang dilakukan oleh pengguna hutan
lainnya yang merupakan pesaing mereka. Hal-hal
ini dapat dicatat di atas kertas dan diberi peringkat
prioritasnya.
- bantulah peserta untuk mengidentifikasi potensi
pemicu perubahan yang utama seperti terbukanya
pasar baru untuk hasil-hasil hutan, masuknya
teknologi pemanenan yang baru, kebijakan baru
yang mendukung kepemilikan lahan secara adat
atau migrasi dari perdesaan ke perkotaan. Hal-hal
ini dapat dicatat di atas kertas dan diberi peringkat
prioritasnya.
• Bekerjasama dengan peserta untuk mengembangkan
cara-cara mengungkapkan cerita mereka dan
menekankan unsur-unsur terpenting dalam struktur dan
proses.
• Ajaklah peserta untuk menyajikan skenarionya di
depan kelompok dan membicarakan berbagai
implikasinya.
- Mintalah mereka menjelaskan unsur-unsur dalam
cerita mereka dan alasannya sehingga setiap orang
dapat memahami landasan skenarionya.
- Lakukan analisis unsur-unsur dalam cerita mereka
dan alasan-alasan dari perspektif berbagai
kelompok kepentingan lainnya.
- Diskusikan proses-proses atau hubungan-hubungan
mana yang paling mempengaruhi hasilnya dan
mengapa.
- Diskusikan hal-hal yang tidak diharapkan atau tidak
terduga dan mengapa.
- Renungkan apa yang seharusnya dilakukan
sekarang berdasarkan apa yang diketahui dari
skenario ini. Proses-proses atau hubunganhubungan
mana yang memerlukan tindakan? Mana
yang dapat diubah dan mana yang tidak?
- Tentukan apakah perlu membuat skenario
tambahan untuk menjajaki kemungkinan
ketidakpastian atau pemicu perubahan yang baru.
31
Pilihan
• Anda bisa menyesuaikan jumlah pengulangan
menurut kebutuhan kelompok untuk menjajaki
berbagai pilihan baru. Analisis skenario tahap
pertama biasanya menghasilkan identifikasi
terhadap faktor-faktor pemicu perubahan dan tematema
baru untuk mengembangkan skenario. Anda
mungkin akan memerlukan beberapa kali
pengulangan sebelum para peserta merasa puas
bahwa mereka telah menjajaki berbagai
kemungkinan yang jumlahnya memadai.
• Anda bisa membuat variasi jumlah skenario untuk
dibandingkan. Tampaknya tiga sampai sembilan
skenario dalam satu kali waktu merupakan jumlah
yang cukup mudah bagi orang untuk dapat
membandingkannya. Satu skenario mungkin
sudah cukup untuk melakukan latihan sederhana,
yang bertujuan untuk melancarkan komunikasi
dalam kelompok. Pada tahap berikutnya, skenario
yang diperlukan akan lebih banyak digunakan
untuk menguji kekuatannya melawan berbagai
ketidakpastian. Kalau hanya dua skenario yang
digunakan, satu akan cenderung pesimis dan
satunya lagi optimis. Rata-rata orang melakukan
penilaian dengan pura-pura membandingkan dua
skenario.15 Dengan tiga skenario _ satu
menunjukkan dunia yang tanpa kejutan dan dua
menunjukkan ketidakpastian yang kritis _
umumnya dapat menjadi awal yang cukup
baik.16 Tema-temanya perlu dipilih sehingga
mencerminkan ketidakpastian yang beragam. Jika
tema-temanya hanya merupakan nilai yang
berbeda dari ketidakpastian yang sama, orang
cenderung akan memilih nilai yang di tengah
sebagai skenario yang paling disukai. Misalnya,
jika orang menggunakan skenario untuk
memahami implikasi kondisi cuaca yang terlalu
basah atau terlalu kering terhadap berbagai
kegiatan mereka, dan mereka menilai tiga
skenario ”basah”, ”sedang” dan ”kering”,
kemungkinan besar mereka akan memfokuskan
pada kondisi sedang.
• Anda bisa mengulang skenario-skenario itu.
Gunakan pengulangan pertama dari skenario
kasar yang mencoba menjajaki berbagai pilihan
yang sangat luas. Skenario pertama ini digunakan
untuk mengidentifikasi sebagian dari skenario
yang sudah disusun tetapi sudah agak
disempurnakan.
• Skenario juga dapat dikelompokkan.
Pengelompokan ini bermanfaat untuk mengatasi
berbagai skala yang berbeda. Misalnya, pada
skala kelompok pengguna, pada skala kawasan
hutan, ekonomi regional atau bahkan skala
negara.
• Anda bisa meminta peserta untuk memulai dari
hanya satu gambaran tentang kondisi sekarang
atau hanya masa depan.
• Anda bisa meminta peserta untuk menceritakan
masa depan dan melangkah ke kondisi sekarang,
atau sebaliknya.
• Daripada mencatat berbagai kecenderungan,
ketidakpastian dan pemicu perubahan selama
mereka bercerita, anda bisa meminta peserta
untuk mencatat hasil pengamatan mereka sendiri
terhadap unsur-unsur yang diceritakan dan
kemudian membicarakannya setelah cerita
selesai.
32
Berbagai metode skenario memiliki kesamaan ciri yaitu membantu kita
untuk belajar tentang masa depan. Paling sedikit ada empat pendekatan
skenario yang dapat digunakan, yang memang digunakan untuk tujuan
yang berbeda. Skenario visi bertujuan untuk mengetahui harapan dan
impian. Skenario proyeksi menunjukkan apa pendapat orang tentang
konsekuensi situasi mereka sekarang. Skenario jalur digunakan untuk
membandingkan kondisi sekarang dan kondisi yang diinginkan di masa
depan sehingga dapat menyusun strategi untuk melakukan perubahan.
Skenario alternatif menunjukkan berbagai kemungkinan perubahan di
masa depan untuk membantu orang ”membingkai” ketidakpastian. Salah
satu atau kombinasi dari berbagai skenario ini dapat diterapkan sesuai
kebutuhan.
Karena fungsinya dapat membantu kita melihat banyak hal dengan
cara pandang yang baru, skenario dapat menjadi alat pokok yang ampuh
untuk membantu belajar, khususnya proses belajar yang bersifat
antisipatif dan memandang ke depan. Skenario juga dapat membantu
untuk mengatasi kecenderungan yang kuat untuk mempercayai bahwa
masa depan hanya merupakan pengulangan pola-pola yang sudah pernah
terjadi. Keyakinan ini dapat menghambat proses belajar melalui
pemantauan. Karena banyak masalah ketidakpastian dan kerumitan
tentang masa depan, maka kesiapan terhadap masa depan ini sangat
bergantung pada sejauh mana orang dapat mengantisipasi hal-hal yang
tidak diharapkan.
Cara-cara pengembangan dan penerapan skenario dalam proses
belajar sama pentingnya dengan produk-produk yang dihasilkan dalam
proses ini. Proses belajar ini berlangsung melalui keterlibatan dalam
penyusunan skenario dan yang sama pentingnya juga melalui diskusi
dan pertukaran pendapat dengan orang lain mengenai unsur-unsur yang
penting dalam skenario dan apa implikasinya. Cara-cara untuk saling
bertukar pikiran dan mengekspresikan skenario ini akan membantu
menggugah pola berpikir kritis dan merangsang pemahaman dan
pengertian yang baru.
RINGKASAN
33
Skenario juga dapat berperan sebagai papan luncur
untuk mengembangkan persepsi bersama atau bekerja
ke arah pencapaian kesepakatan mengenai berbagai nilai
dan asumsi yang merupakan alasan mendasar para pihak
kepentingan dalam pengelolaan hutan mereka. Dengan
mengungkapkan berbagai nilai dan asumsi ini akan
muncul nilai-nilai yang sama-sama dipegang dan juga
hal-hal yang menyebabkan konflik di antara para pihak
kepentingan. Oleh karena itu skenario memberikan
wahana untuk mengekspresikan pendapat dan
memberdayakan proses belajar di antara kelompokkelompok
sosial untuk menjalani proses belajar
bersama.
Agar proses belajar ini dapat berlangsung di antara
kelompok yang sangat beragam dan memiliki
kepentingan dalam pengelolaan hutan oleh masyarakat,
metode-metode skenario perlu memberi perhatian
khusus kepada berbagai perbedaan yang ada di antara
kelompok-kelompok ini. Bekerjasama dengan semua
pihak kepentingan mungkin bukan merupakan cara yang
terbaik dan paling efisien, terutama pada tahap awal.
Perbedaan dalam berkomunikasi dan kemungkinan
terjadinya pengambilan keputusan yang tidak adil
mungkin akan meningkat ketika pihak yang sangat kuat
dipertemukan dengan pihak yang lemah. Penggunaan
skenario secara paralel atau berurutan mungkin akan
lebih baik diterapkan daripada skenario bersama jika
perbedaan kekuasaan dan cara berkomunikasi sangat
mencolok. Para pihak kepentingan yang menyambut
kerjasama mungkin siap untuk menggunakan
skenario dalam mengambil keputusan
pengelolaan, sedangkan pihak kepentingan yang
menentang akan menggunakan skenario sebagai
media untuk mengungkapkan kepentingan
mereka. Idealnya, skenario bermanfaat untuk
menegaskan saling ketergantungan di antara
kelompok-kelompok yang berkepentingan dan dapat
mendorong terjadinya perubahan ke arah koordinasi,
jika belum bisa mencapai kerjasama.
Pada dasarnya skenario-skenario yang diuraikan
dalam panduan ini digunakan untuk melihat berbagai
kemungkinan pilihan dengan titik pandang yang baru.
Skenario ini membantu menyalurkan kecenderungan
alami manusia untuk membayangkan masa depan dan
mengungkapkannya dalam cerita. Skenario membantu
orang untuk mengembangkan, menguraikan dan saling
bertukar pikiran mengenai imajinasi mereka tentang
masa depan. Skenario memberikan respon terhadap
keinginan manusia untuk merasakan keamanan dan
menerima kejutan. Berbagai metode yang diuraikan di
sini membuka pintu untuk merangsang kesigapan orang
untuk menentukan pilihan dengan cara-cara yang baru.
Kreativitas anda akan sangat membantu untuk
menemukan banyak jalan lain dalam
membantu orang ”melihat” masa
depan dan mengantisipasi apa
yang tidak diharapkan.
34
1 Wack 1985b
2 McLain dan Lee 1996, Lee 1993
3 Röling dan Jiggins 1998, Maarleveld dan
Dangbégnon 1999
4 Gochenour1993
5 Bunn dan Salo 1993, Schoemaker 1993, Becker
1983
6 Bossel 1998, Fahey dan Randall 1998, Stewart dan
Scott 1995, Bunn dan Salo 1993, Schoemaker
1993, Deshler 1987, Huss dan Honton 1987,
Becker 1983
7 Wack 1985b, h. 142
8 Lihat Colfer 1995, Grimble dan Chan 1995
gagasan untuk membuat ciri-ciri dari berbagai
pihak kepentingan
9 Edmunds dan Wollenberg, dalam percetakan
10 Anderson dkk. 1999
11 Tan-Kim-Yong 1992
12 Lihat Bocco dan Toledo1997, Malafant dan
Fordham 1997
13 Diaw dkk., 1998
14 Gambar diadopsi dari Shoemaker 1991, h. 553
15Wack 1985b
16Wack 1985b
CATATAN KAKI
35
Anderson, J., Clement, J. dan Crowder, L.V. 1999.
Pluralism in sustainable forestry and rural
development — An overview of concepts,
approaches and future steps. Dalam: Food and
Agriculture Organization, ed., Pluralism and
Sustainable Forestry and Rural Development,
Proceedings of an International Workshop, 9–12
December, 1997. FAO, Rome.
Becker, H.S. 1983. Scenarios: A tool of growing
importance to policy analysts in government and
industry. Technological Forecasting and Social
Change 23(2): 95–120.
Bocco, G. dan Toledo, V.M. 1997. Integrating peasant
knowledge and geographic information systems:
A spatial approach to sustainable agriculture.
Indigenous Knowledge and Development Monitor
5(2): 10-13.
Borrini-Feyerabend, G. 1997. Beyond fences: Seeking
social sustainability in conservation. Volume 2: A
resource book. IUCN, Gland, Switzerland.
Bossel, H. 1998. Earth at a crossroads, Paths to a
sustainable future. Cambridge University Press,
Melbourne.
RUJUKAN
Bunn, D.W. dan Salo, A.A. 1993. Forecasting with
scenarios. European Journal of Operational
Research 68(3): 291–303.
Colfer, C.J.P. 1995. Who counts most in sustainable
forest management? CIFOR Working Paper no 7.
Bogor, Indonesia.
Deshler, D. 1987. Techniques for generating futures
perspectives. Dalam: Ralph G. Brockett, ed.,
Continuing education in the year 2000, 79–82.
Jossey-Bass, San Francisco,
Diaw, M.C., Oyono, R., Sangkwa, F., Bidja, C., Efoua,
S. dan Nguiebouri, J. 1998. Social science methods
for assessing criteria and indicators of sustainable
forest management: A report of the tests conducted
in the Cameroon humid forest Bennchmark and the
Lobe and Ntem River Basins. Part 1. CIFOR/IITA,
Bogor, Indonesia.
Ducot, C. dan Lubben, G.J. 1980. A typology for
scenarios. Futures. 12(1): 51–57.
Edmunds, D. dan Wollenberg, E. Dalam pencetakan. A
strategic approach to multistakeholder negotiations.
Development and Change.
36
Fahey, L. dan Randall, R.M. 1998. Learning from the
Future: Competitive foresight scenarios. John Wiley
and Sons, New York.
Farrington, J. 1996. Socioeconomic methods in natural
resources research. Natural Resource Perspectives
no. 9. Overseas Development Institute, London.
Gochenour, T., ed. 1993. Beyond experience: The
experiential approach to cross-cultural education.
Rev. ed. Intercultural Press, Yarmouth, Maine.
Grimble, R. dan Chan, Man-Kwun. 1995. Stakeholder
analysis for natural resource management in
developing countries. Natural Resources Forum
19(2): 113–124.
Huss, W.R. dan Honton, E.J. 1987. Scenario planning:
What style should you use? Long Range Planning
20(4): 21–29.
Lee, K.C. 1993. Compass and gyroscope. Integrating
science and politics for the environment. Island
Press, Washington DC.
Maarleveld, M. dan Dangbégnon, C. 1999. Managing
natural resources: A social learning perspective.
Agriculture and Human Values 16: 267–280.
Malafant, K.W.J. dan Fordham, D.P. 1997. GIS, DSS and
integrated scenario modelling frameworks for
exploring alternative futures. Dalam: J.L. Uso, C.A.
Brebbia dan H. Power eds., Advance in ecological
sciences. Vol 1: Ecosystems and sustainable
development, 669–678. Proceedings of a conference,
Peniscola, Spain 14–16 October 1997.
McLain, R.J. dan Lee, R.G. 1996. Adaptive management:
promises and pitfalls. Environmental Management
20(4): 437–448.
Narayan, D. dan Srinivasan, L., eds. 1994. Participatory
development tool kit: Materials to facilitate
community empowerment. World Bank.
Washington DC.
Röling, N.G. dan Jiggins, J. 1998. The ecological
knowledge system. Dalam: N.G. Röling dan
M.A.E. Wagemakers, eds. Facilitating sustainable
agriculture: Participatory learning and adaptive
management in times of environmental uncertainty,
283–311. Cambridge University Press, U.K.
Schoemaker, P.J.H. 1991. When and how to use scenario
planning: A heuristic approach with illustration.
Journal of Forecasting 10: 549–564.
Schoemaker, P.J.H. 1993. Multiple scenario development:
Its conceptual and behavioral foundation. Strategic
Management Journal 14(3): 193–213.
Slocum, R. dan Klaver, D. 1995. Time line variations.
Dalam: R. Slocum, L. Wichart, D. Rocheleau dan
B. Thomas-Slayter, eds. Power, process and
participation –Tools for change, 194–197.
Intermediate Technology Publications, London.
Stewart, J.T. dan Scott, L. 1995. A scenario-based
framework for multicriteria decision analysis in
water resources planning. Water Resources
Research 31(11): 2835–2843.
Tan-Kim-Yong, U. 1992. Participatory land-use
planning for natural resource management in
northern Thailand. Network paper 14b. Rural
Development Forestry Network. Overseas
Development Institute, London.
Vella, J. 1994. Learning to listen, learning to teach:
The power of dialogue in educating adults. Jossey-
Bass, San Francisco, California.
Wack, P. 1985a. Scenarios: uncharted waters ahead.
Harvard Business Review 63(5): 72–89.
Wack, P. 1985b. Scenarios: Shooting the rapids. Harvard
Business Review 63(6): 139–150.
37
BAHAN BACAAN
TAMBAHAN
Duval, A., Fontela, E. dan Gabus, A. 1975. Crossimpact
analysis: A handbook on concepts and
applications. Dalam: M.M. Baldwin, ed.,
Portraits of Complexity: Applications of systems
methodologies to societal problems, 202–222.
Battelle Memorial Institute, Columbus OH,
USA.
Fischhoff, B. 1988. Judgemental aspects of forecasting:
Needs and possible trends. International Journal
of Forecasting 7: 421–433.
Foran, B. dan Wardle, K. 1995. Transitions in land use
and the problems of planning: A case study from
the mountain lands of New Zealand. Journal of
Environmental Management 43: 97–127.
Harrell, A.T. 1978. New methods in social science
research: Policy sciences and future research.
Praeger, New York.
Holling, C.S. 1978. Adaptive environmental
assessment and management. Wiley International
Series on Applied Systems Analysis, Vol. 3, Wiley,
Chichester, UK.
Kahane, A. 1992. Scenarios for energy: Sustainable
world vs global mercantilism. Long Range
Planning 25(4): 38–46.
Kahn, H. 1965. On escalation: Metaphors and scenarios.
Praeger, New York.
Lessard, G. 1998. An adaptive approach to planning
and decision-making. Landscape and Urban
Planning 40(1-3): 81-87.
Millett, S.M. 1988. How scenarios trigger strategic
thinking. Long Range Planning 21(5): 61–68.
Robinson, J.B. 1992. Risks, predictions and other optical
illusions: Rethinking the use of science in social
decision-making. Policy Sciences 25: 237–254.
Sapio, B. 1995. SEARCH (Scenario evaluation and
analysis through repeated cross impact handling):
A new method for scenario analysis with an
application to the Videotel service in Italy.
International Journal of Forecasting 11(1): 113–131.
Shindler, B., Steel, B. dan List, P. 1996. Public judgements
of adaptive management: A response from forest
communities. Journal of Forestry 94(6): 4–12.
38
Steelman, T.A. dan Ascher, W. 1997. Public involvement
methods in natural resource policy making:
Advantages, disadvantages and trade-offs. Policy
Sciences 30: 71–90.
Taylor, B., Kremsater, L. dan Ellis, R. 1997. Adaptive
management of forests in British Columbia. British
Columbia Ministry of Forests, Canada. Report.
Van de Klundert, A.F. 1995. The future’s future: Inherent
tensions between research, policy and the citizen
in the use of future oriented studies. Dalam: J.F.T.
Schoute, P.A. Finke, F.R. Veeneklaas, dan H.P.
Wolfert, eds. Scenario studies for the rural
environment, 25–32. Proceedings of the
symposium scenario studies for the rural
environment, Wageningen, the Netherlands, 12–
15 September 1994.
Van Huylenbroeck, G. dan Coppens, A. 1995.
Multicriteria analysis of the conflicts between rural
development scenarios in the Gordon District,
Scotland. Journal of Environmental Planning and
Management 38(3): 393–407.
Veldkamp, A. dan Fresco, L.O. 1997. Exploring land
use scenarios: An alternative approach based on
actual land use. Agricultural Systems 55(1): 1–17.
Walters, C., 1986. Adaptive management of renewable
resources. Macmillan Publishing Co., New York.
ILUSTRASI
Sampul - Eva Wollenberg
Halaman 1 - Eva Wollenberg
Halaman 2 - Eva Wollenberg
Halaman 3 - Eva wollenberg
Halaman 5 - Montserrat Rios
Halaman 9 - Nandini Sundar
Halaman 10 - Eva Wollenberg
Halaman 11 - Nandini Sundar
Halaman 12 - Brian Belcher
Halaman 15 - Tony Cunningham
Gambar hitam putih oleh Bernie M. Remoquillo
Ilustrasi lainnya di halaman 14, 15, 20, dari Sellato, Bernard. 1992 Hornbill dan Dragon,
Arts and Culture of Borneo. Suntree, Singapore. h. 47-48
CIFOR
Center for International Forestry Research (CIFOR) didirikan pada tahun 1993 sebagai bagian dari
sistem CGIAR, untuk memberikan respons terhadap keprihatinan dunia akan konsekuensi sosial,
lingkungan dan ekonomi yang disebabkan oleh kerusakan dan kehilangan hutan. Hasil penelitian CIFOR
berupa pengetahuan dan berbagai metode yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang hidupnya mengandalkan hutan, dan untuk membantu negara-negara di kawasan
tropis dalam mengelola hutannya secara bijaksana demi manfaat yang berkelanjutan. Berbagai penelitian
ini dilakukan di lebih dari 24 negara, melalui kerjasama dengan banyak mitra. Sejak didirikan, CIFOR
telah memiliki pengaruh penting dalam penyusunan kebijakan kehutanan nasional dan global.
CGIAR
Consultative Group on International Agricultural Research (CGIAR), yang didirikan pada tahun 1971,
merupakan kelompok donor informal yang terdiri dari sekitar 60 donor, baik dari sektor swasta maupun
masyarakat. CGIAR mendukung suatu jaringan yang beranggotakan 16 pusat penelitian pertanian
internasional. Misi CGIAR adalah memberikan sumbangan dalam upaya pengamanan ketersediaan
pangan dan pemberantasan kemiskinan di negara-negara berkembang melalui penelitian, kemitraan,
peningkatan kemampuan kelembagaan, dan bantuan kebijakan. CGIAR mendukung pembangunan
pertanian yang berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya alam yang ramah lingkungan.
SUMBER FOTO
Halaman 16 - Brian Belcher
Halaman 18 - Manuel Ruiz Perez
Halaman 20 - Brian Belcher
Halaman 28 - Esther Katz
Halaman 32 - Christian Cossalter
Halaman 34 - Eva Wollenberg
Halaman 35 - Yani Saloh
Halaman 37 - Brian Belcher
Halaman 38 - Patrick Virolle (kiri)
- Brian Belcher (kanan)
Berbagai metode skenario dapat digunakan untuk
mengantisipasi masa depan dan memperluas kreativitas orang
untuk memikirkan tentang berbagai situasi pengelolaan hutan
yang kompleks. Panduan ini menguraikan manfaat dari skenario
bersama berbagai pihak kepentingan, dilengkapi dengan contohcontoh
pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Empat tipe
metode skenario yang diuraikan dalam buku ini adalah skenario
visi, skenario proyeksi, skenario jalur dan skenario alternatif.
Contoh-contoh tentang berbagai teknik penilaian cepat
partisipatif yang berkaitan dengan metode-metode skenario juga
diringkas di sini. Kami berharap metode-metode ini akan
bermanfaat untuk mengajak semua kelompok yang peduli
dengan pengelolaan hutan untuk mengubah pandangan,
memperluas peluang keputusan dan mencapai berbagai
penyelesaian yang lebih inovatif.
ITTO


Tidak ada komentar:

Posting Komentar